Showing posts with label life. Show all posts
Showing posts with label life. Show all posts

Wednesday, October 31, 2018

a new life

Right now is 1.47 AM and instead of continue studying or sleeping, I choose to make a quick note on my long neglected blog.

Just want to say amidst the stress of exams and assignments, I am so blessed to be here. At one of the best universities in the world. At one of the best public policy schools in the world. At one of the greatest cities in the world.

I'm at CHICAGO baby!!

Alhamdulillah.

Told you 2018 is gonna be my year.

Sunday, February 28, 2016

kelakuan

Kalau gue lagi deket sama orang, gue ngga perlu repot-repot kepo. Gue bukan orang yang kepo juga sih, gue juga ngga akan digging untuk cari tau info mengenai orang tersebut. Tapi sekali gue cerita ma temen gue, kelar sudah, dengan rela hati mereka akan mencari info lebih lanjut. Bahkan gue ngga usah nunggu lama. Contoh kasus:
Gue lagi duduk santai saat tetiba temen gue, sebut aja X, nelepon ke meja:
X: ci buka gtalk deh, gue barusan kirim kece
C: hah bentar
(ada link di gtalk)
(dari nama link, firasat gue udah ngga enak)
(yodalah gue buka linknya)
X: BYE 

Ternyata temen gue mengirim link ke foto jadul si person of interest. Dan fotonya terlalu hitz for my liking. Ngerti kan? Foto yang bikin gue mendesah "duh orang kenapa begini amat..."

X: ada lagi nih
(muncul link baru di gtalk)
(klik link)
C: MAKIN BYE
X: eh tunggu ini ada yang paling maksimal
(hanjir yang tadi belum maksimal toh)
(klik link)
C: KENAPA SIH BEGINI AMAT

Itu baru satu temen gue. Belum ada temen yang lain, sebut aja Y. Di sore yang tenang, tetiba Y mengirim foto. Masih person of interest yang sama, dengan foto hitz yang berbeda. Yang ada gue dan Y ketawa mules sesorean. Daaan saat gue dan Y masih seru bahas ybs, tetiba ybs muncul aja dong. Speak of the devil. Untung ybs ngga denger omongan sampah gue dan Y.

Adapun Y jauh lebih sistematis dalam hal pemberian foto. Terkadang diberikan dengan cara "eh sini deh ada yang mau gue tanya", gue datengin Y, dan lo tentu tau hal yang terjadi berikutnya. Setelah itu gue ngomel via watsap:
C: lu ngapain sih nunjukin gitu gue kan jadi males
Y: yah ko jadi males
Y: gue punya yang keren lagi nih
Y: siap
Y: (foto yang ngga ada keren-kerennya)
C: INI MAH GUE MAKIN MALES
Y: gue salah ya?

Like seriously kenapa yhaa Y literally menganggap yang dikirim itu keren? HOW??

Puncaknya adalah saat gue lagi sakit, tetiba Y kirim meme dengan foto si person of interest, dengan caption super ngeselin, yang mana membuat gue literally bertambah sakit.

Mereka seinisiatif itu.

The thing is gue adalah orang yang cepet ilfil. Begitu nemu hal yang questionable, pasti gue akan "mehh" dan jadi males selama at least beberapa hari. Seketika merasa khilaf, doh kenapa deh nih orang begini amat. Bahkan X dan Y sampai bilang "yahh jangan jadi males dong" (trus ngapain u nunjukin foto-foto itu ke i hah??). Yodah kan nih ilfilnya hilang. Lalu muncul lagi deh foto baru dari mereka. Udah siklusnya gitu aja terus.

Huft.

Tapi di balik keinisiatifan mereka, ini justru menunjukkan mereka perhatian sama gue, sampai rela mencari info dan foto. Lagian walaupun bikin ilfil, bisa jadi hiburan lah buat gue haha..

Adapun hikmah dari kisah ngga penting ini adalah:
  1. Kuat-kuatin lah kalau punya temen kaya gini
  2. Kalo kata temen gue yang lain "lo harus menerima masa lalunya" -> macam gue udah menerima masa kininya aja
  3. Leave it to your closest friends to find out more about person you're into

Monday, October 26, 2015

life lessons

Berikut dua pelajaran hidup yang gue dapat selama beberapa bulan ini.

Be careful of what you wish for
Coba gue daftar hal apa aja yang pernah gue batin:
  • Gue dulu pernah melihat teman gue (A) dan orang yang berurusan dengannya (B), dan gue mikir sesaat "ko A bisa cocok sama si B sih?"
  • Gue udah lelah berurusan sama orang C, and gue ngebatin "duh bisa ga ya nanti gue berurusan sama orang D aja"
  • Temen gue pernah bilang "lu kayanya cocok berurusan sama orang X deh" dan gue ngebatin "hmm orang X menarik juga"
Gue cuma membatin sesaat untuk ketiga hal itu, itu pun di waktu yang berlainan, dan tetiba sekarang gue berurusan sama orang kombinasi B, D, dan X in a worst way imaginable. Gue pengen melambaikan tangan ke alam semesta dan bilang "hellooo, this is not what I asked for! Or at least, not what I have in mind when I wished for it!". Tapi namanya juga alam semesta ya, sering sekali berinisiatif memberi hal yang diinginkan dengan cara di luar kewajaran. Kalau orang bilang mestakung: semesta mendukung, bagi gue sih ini mestakung: semesta menikung. Intinya jangan sembarangan membatin kalau ngga siap dengan hasil yang diberikan. Dan kalau emang ngga siap, paling ngga gue bisa berusaha memahami kenapa semesta memberikan ini bagi gue. Nah hal ini berhubungan dengan pelajaran hidup gue selanjutnya yaitu...

We met for a reason, either you're a blessing or a lesson
Ini statement yang sangat membuat gue terhenyak (halah) saat pertama kali baca di tweet temen gue kira-kira 4 tahun lalu (terima kasih timehop). Ada orang-orang, bisa jadi orang baru atau orang yang gue sudah kenal lama, yang pasti akan memberi pelajaran bagi gue. Semacam jembatan bagi gue untuk menjadi manusia yang lebih baik, gue jadi latihan sabar, make logika, dan belajar mengatur ekspektasi. Kalaupun gue ngga bisa menjadi lebih baik, minimal mata gue terbuka "oh jadi di dunia ada toh orang kaya gini". Trus kapan bisa bedain kalau orangnya itu blessing atau lesson? Simpel aja, gue cukup lihat orangnya berkontribusi positif atau negatif bagi hidup gue. Kalau positif ngga, negatif juga ngga? Ya berarti gue ga cukup dekat dengan orang tersebut untuk menilai. Dan kalau udah tau orang tersebut jadi lesson, harus diapain? Nah ini pertanyaan yang gue belum bisa untuk jawab.. 

So yeah, seiring dengan nambah umur, pelajaran hidup gue pun bertambah. Dan kalau dipikir, konten blog gue juga ikut berubah seiring dengan waktu. Dulu jaman kuliah gue sering banget ngeblog bahkan sampai ke hal-hal ga penting, kemudian setelah lulus mulai jarang ngepost, konten post berganti jadi kebanyakan tentang liburan, hingga sekarang konten blog gue kebanyakan adalah kontemplasi diri (woelah).

Lah kenapa jadi omongin postingan haha.. Pada akhirnya, apapun pelajaran hidup yang gue dapat, semoga gue beneran bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi, lebih bersyukur, dan lebih tenang. (heck I'm so restless this late months). I was sad of course, and still am, untuk beberapa keputusan yang gue ambil, tapi semoga gue ngga menyesal. Paling ngga, gue udah bisa menarik hikmah dari yang gue alami. 

Cheers. 

Thursday, June 4, 2015

my state of mind

Judul post ini agak bombastis yaa, padahal isinya mah begitu aja. Sekarang gue lagi ngga ada kerjaan (atau tepatnya, ngga mood ngerjain yang lain) dan daripada gue cuma buka-buka medsos, mending gue blogging. Lumayan lah bisa mengupdate blog yang sudah karatan ini. Pardon this random blabber ya.

Kehidupan gue saat ini Alhamdulillah berjalan dengan baik:
I'm doing job I like,
I can travel to places I dreamed of,
I'm with nice people that I can look up to and they look after me,
I reconnect with old friends,
I even make new friends
Aren't those enough to make me feel content and happy? So content that I feel there's nothing to pursue anymore.

Tapi seperti kata pepatah, dan kata film My Neighbors the Yamadas (tonton deh, lucu loh), waspada dengan air tenang. Air tenang memang menyenangkan, ibaratnya gue bisa main air mengambang bego terus-terusan. Tapi di saat yang sama, air tenang bisa membuat gue stuck dengan kenyamanan, dan membuat gue malas bergerak. Teman-teman gue pun sudah berkali-kali mengingatkan gue tentang hal ini "Ci lu santai banget sih". At first I was ¯\_(ツ)_/¯ karena gue tipe orang yang "ya udalah yaa kalo memang takdirnya maka semua akan terjadi". Beberapa hal emang perlu diusahakan, tapi gue menganggap ada hal tertentu yang diserahkan aja lah ke yang di atas sana.

Pemikiran gue berubah setelah suatu sesi ngobrol sore bersama orang-orang divisi. Sebagai paling junior (baik dari umur dan kerjaan), satu-satunya perempuan (it's not a big deal actually), dan satu-satunya yang single (yha), jika kehabisan bahan obrolan maka gue dijadikan obyek ledekan. Sometimes they can be bit annoying, as in sok ngasi nasihat padahal ngenye, but they don't mean any harm. Gue bisa lah balas dengan lebih jahat muhaha.. Tapi sekali dua kali ada nasihat mereka yang oke. Nah di sore itu, keluarlah nasihat paling bermanfaat dan paling memorable dari pak H:

"Benar Tuhan udah menentukan takdir, tapi takdir itu bersifat skenario. Kalau kamu usaha dan berdoa, kamu bisa dapet skenario yang kamu mau. Kalau ngga usaha, ya akan dapet skenario yang begitu aja"

Aaaand I was smitten. Hmm, benar juga ya. Kenapa gue ngga kepikiran? Gue selama ini terlena dengan konsep "ah yaudalah serahkan aja ke takdir", as in apapun yang gue lakukan takdirnya ya sudah ditentukan. Gue baru sadar kalau kita bisa memilih takdir. Therefore, gue harus melakukan sesuatu untuk mencapai takdir yang gue mau. Lagian seperti yang gue ceritakan di post ini, gue bisa mencoba untuk hal yang gue tahu pasti akan sia-sia. Kenapa gue malas mencoba untuk yang hasilnya belum gue tahu? 

Bottom line is: I should start trying.

Setelah gue udah bertekad untuk usaha, beberapa waktu kemudian di Minggu malam yang tenang, gue tiba-tiba merasa insecure. Dan hanya karena buka Timehop, damn you memories! Saking insecure-nya gue sampai bikin emergency call ke beberapa orang. I wonder if I can be happy, purely happy without any doubt. Ya buat apa gue usaha kalau ujung-ujungnya gue takut untuk menjadi bahagia. Ini insecure-nya aneh ya? Haha yah kira-kira begitulah...

Untunglah gue ngga lama merasa insecure. Simpel aja, gue cuma menanyakan ini ke diri sendiri: why should I be afraid? Why should I stop trying? Yes I acknowledge that I'm insecure but life is what I make it. Kalau gue terus menerus tenggelam dalam insecurity, yang ada gue ngga akan berani untuk maju. Kapan gue bahagia kalau begitu? Gue jadi ingat, a guy once told me that "a girl like you don't deserve a sad song, find your happy tunes" (oh how sweet he is). I just need to find my happy tunes, a song that makes me hum and sing along gleefully that I forget my insecurity.

So how is my life now? Still content and happy, Alhamdulillah, tapi kali ini diwarnai dengan usaha, atau paling ngga, keberanian untuk berusaha. And I do believe in time I will be much much happier than ever before.

Cheers!