Thursday, June 4, 2015

my state of mind

Judul post ini agak bombastis yaa, padahal isinya mah begitu aja. Sekarang gue lagi ngga ada kerjaan (atau tepatnya, ngga mood ngerjain yang lain) dan daripada gue cuma buka-buka medsos, mending gue blogging. Lumayan lah bisa mengupdate blog yang sudah karatan ini. Pardon this random blabber ya.

Kehidupan gue saat ini Alhamdulillah berjalan dengan baik:
I'm doing job I like,
I can travel to places I dreamed of,
I'm with nice people that I can look up to and they look after me,
I reconnect with old friends,
I even make new friends
Aren't those enough to make me feel content and happy? So content that I feel there's nothing to pursue anymore.

Tapi seperti kata pepatah, dan kata film My Neighbors the Yamadas (tonton deh, lucu loh), waspada dengan air tenang. Air tenang memang menyenangkan, ibaratnya gue bisa main air mengambang bego terus-terusan. Tapi di saat yang sama, air tenang bisa membuat gue stuck dengan kenyamanan, dan membuat gue malas bergerak. Teman-teman gue pun sudah berkali-kali mengingatkan gue tentang hal ini "Ci lu santai banget sih". At first I was ¯\_(ツ)_/¯ karena gue tipe orang yang "ya udalah yaa kalo memang takdirnya maka semua akan terjadi". Beberapa hal emang perlu diusahakan, tapi gue menganggap ada hal tertentu yang diserahkan aja lah ke yang di atas sana.

Pemikiran gue berubah setelah suatu sesi ngobrol sore bersama orang-orang divisi. Sebagai paling junior (baik dari umur dan kerjaan), satu-satunya perempuan (it's not a big deal actually), dan satu-satunya yang single (yha), jika kehabisan bahan obrolan maka gue dijadikan obyek ledekan. Sometimes they can be bit annoying, as in sok ngasi nasihat padahal ngenye, but they don't mean any harm. Gue bisa lah balas dengan lebih jahat muhaha.. Tapi sekali dua kali ada nasihat mereka yang oke. Nah di sore itu, keluarlah nasihat paling bermanfaat dan paling memorable dari pak H:

"Benar Tuhan udah menentukan takdir, tapi takdir itu bersifat skenario. Kalau kamu usaha dan berdoa, kamu bisa dapet skenario yang kamu mau. Kalau ngga usaha, ya akan dapet skenario yang begitu aja"

Aaaand I was smitten. Hmm, benar juga ya. Kenapa gue ngga kepikiran? Gue selama ini terlena dengan konsep "ah yaudalah serahkan aja ke takdir", as in apapun yang gue lakukan takdirnya ya sudah ditentukan. Gue baru sadar kalau kita bisa memilih takdir. Therefore, gue harus melakukan sesuatu untuk mencapai takdir yang gue mau. Lagian seperti yang gue ceritakan di post ini, gue bisa mencoba untuk hal yang gue tahu pasti akan sia-sia. Kenapa gue malas mencoba untuk yang hasilnya belum gue tahu? 

Bottom line is: I should start trying.

Setelah gue udah bertekad untuk usaha, beberapa waktu kemudian di Minggu malam yang tenang, gue tiba-tiba merasa insecure. Dan hanya karena buka Timehop, damn you memories! Saking insecure-nya gue sampai bikin emergency call ke beberapa orang. I wonder if I can be happy, purely happy without any doubt. Ya buat apa gue usaha kalau ujung-ujungnya gue takut untuk menjadi bahagia. Ini insecure-nya aneh ya? Haha yah kira-kira begitulah...

Untunglah gue ngga lama merasa insecure. Simpel aja, gue cuma menanyakan ini ke diri sendiri: why should I be afraid? Why should I stop trying? Yes I acknowledge that I'm insecure but life is what I make it. Kalau gue terus menerus tenggelam dalam insecurity, yang ada gue ngga akan berani untuk maju. Kapan gue bahagia kalau begitu? Gue jadi ingat, a guy once told me that "a girl like you don't deserve a sad song, find your happy tunes" (oh how sweet he is). I just need to find my happy tunes, a song that makes me hum and sing along gleefully that I forget my insecurity.

So how is my life now? Still content and happy, Alhamdulillah, tapi kali ini diwarnai dengan usaha, atau paling ngga, keberanian untuk berusaha. And I do believe in time I will be much much happier than ever before.

Cheers!

No comments: