Showing posts with label liburan. Show all posts
Showing posts with label liburan. Show all posts

Friday, February 26, 2016

tahun monyet bersama orangutan

Dalam rangka menunaikan #CiciNgeblog2016, kali ini gue akan bercerita tentang liburan pertama gue di tahun 2016 yaitu, drum roll please, Tanjung Puting!

Komentar orang-orang saat mendengar gue mau ke Tanjung Puting adalah:
Dimana tuh?
Ada apaan disana?
wakaka puting -> komentar khas anak baru puber
iih ko namanya gitu -> komentar khas anak (sok) innocent
Cici mah jalan-jalan mulu -> komentar khas si mz

Untuk memberi gambaran, Tanjung Puting adalah taman nasional di Kalimantan Tengah, lokasi untuk penelitian dan konservasi orang utan. Walau berstatus taman nasional, tapi kita bisa mendatangi dan melihat langsung gimana si orang utan ini di alam liar. Serunya lagi, cara pergi ke taman nasional ini adalah dengan menyusuri sungai menggunakan kapal klotok (kapal kayu yang berbunyi tok tok tok). Nah bayangin berlayar di sungai, membelah hutan, bersatu dengan alam liar. Seru kan?

Sebenernya Tanjung Puting ini sudah masuk bucket list gue sejak tahun 2011, tapi namanya juga wacana ya baru terwujud bertahun-tahun kemudian. Kebetulan baru-baru ini ada momen dimana gue mau menyepi untuk mikirin satu dan lain hal (ceileh). Tadinya gue mau ke Tanjung Puting saat liburan Natal, tapi ko serem juga ya masuk hutan pas cuaca hujan terus. Jadilah gue berangkat saat long weekend Imlek, tanggal 6-8 Februari lalu. Wooh pas banget kan menyambut tahun monyet api dengan melihat monyet merah! 

Karena gue ngga mau repot nyiapin ini itu, gue akhirnya ikut open trip ini. Menyenangkan lah komunikasi sama mereka, sigap dan informatif. Harga turnya juga menurut gue ngga mahal-mahal amat, all in IDR1,95 juta di luar tiket PP. Untuk menuju Tanjung Puting, bandara terdekat ada di kota Pangkalan Bun. Harga tiket pesawat PP Jakarta - Pangkalan Bun ngga mahal-mahal amat: sekitar 1,5 juta. Biaya total liburan jadi sekitar 3.5juta++.

Sebelum berangkat, gue gugling sana sini dong tentang Tanjung Puting. Ada beberapa orang yang menyarankan untuk minum obat pencegah malaria. Sebenarnya di sana bukan daerah endemik, tapi mending gue jaga-jaga ya kan. Datanglah gue ke klinik kantor minta obat malaria ke dokter. Tau ngga si dokter ini bilang apa "wah sebenernya kalo pergi-pergi gitu Bismillah aja mba". 

Hmm. Oke.

Untunglah gue dikasih obat juga. Jadi setelah gue mendapat obat, dan setelah gue mengucap Bismillah, akhirnya tanggal Sabtu pagi tanggal 6 Februari gue berangkat. Setelah didahului dengan drama di airport (yang setelah dipikir-pikir FTV worthy), terbanglah gue dengan Trigana Air menuju Pangkalan Bun. Ini pertama kali gue naik Trigana, tadinya gue underestimate "hanjir jangan-jangan pesawat baling-baling. dikasi makan ngga ya. semoga ada pramugari". Tapi ternyata pesawatnya gede, dikasi kue kotakan (huhu aku terharu), dan ada banyak kru. Maafkan aku Tri! Dan tadinya gue juga underestimate bandara di Pangkalan Bun "hm mungkin sekecil bandara di Belitung atau Malang yang lama". Ternyata bangunan bandara Iskandar (ini nama bandaranya) lebih gede dong. Maafkan aku Dar!

selamat datang di Pangkalan Bun
Sesampainya di bandara, gue dijemput oleh bang Zulham sebagai guide. Total peserta open trip gue termasuk guide ada 7 orang, woohoo hamdallah ga rame-rame amat. Dari bandara, kami naik taksi ke Kumai, lokasi pelabuhan klotok mulai berlayar. Fun fact: taksi bandara Pangkalan Bun hanya mau mengangkut max 3 orang penumpang, aturan yang bahkan lebih ketat dari taksi ibukota dan bajaj! Bandara ke Kumai ngga begitu jauh, hanya 20 menit naik taksi. Selama di jalan, feel kota Pangkalan Bun ini mirip-mirip Belitung. Rumah-rumah tepat di pinggir jalan, jalan yang kecil, tenang, dan sepi. Dan surprisingly, ada mall! More on this town later... Tentang pelabuhan, pelabuhan Kumai terletak di muara sungai, dan sungainya lebaaaar banget. Ini fotonya:
humble port

ini dia kapal klotok

Naik ke klotok pun perlu perjuangan, karena harus loncat dari klotok ke klotok. Hamdallah masih civil, tidak sebarbar di Muara Angke. Kru kapal klotok gue ada 4,5 orang: juru kemudi, juru masak (plus bocah anak juru masak yang gue hitung setengah), dan 2 juru teknis. Fix sih tenang terjamin segalanya di kapal. Setelah semua orang safely aboard, mulailah kami berlayar. Diawali dengan dengan pemandangan kota Pangkalan Bun, kemudian bertemu dengan patung orangutan "SELAMAT DATANG DI TANJUNG PUTING" di persimpangan sungai, memasuki sungai Sekonyer, lalu seketika pemandangan berganti menjadi rimbunan pohon nipah.
pemetik daun nipah
Angin sepoi, udara terik, plus kenyang abis makan siang di kapal bikin gue sempat ketiduran di perjalanan. Oh ya, mengenai makanan, menunya oke banget cuuy: 4 sehat 5 sempurna! Bahkan menurut gue rasanya lebih oke dari kebanyakan restoran di daerah wisata. Mana porsinya melimpah ruah. Plus endless supply of Aqua dingin (tepatnya Naida, merk lokal di sana). Sekali lagi, terjamin!
nyemmm

Setelah hampir 3 jam berlayar, kapal tiba di Tanjung Harapan. Di Tanjung Harapan ada feeding station, yaitu tempat memberi makan orang utan liar, dengan jadwal feeding sekitar jam 3 sore.  Gue lupa ini buat orang utan yang beneran liar atau setengah liar. Dari dermaga ke feeding station, gue harus trekking sekitar 20 menit. Walau udah jam 3 sore, itu matahari masih terik banget ya. Gue jadi basah keringetan. Walau di dalam hutan pun yang matahari ngga langsung ke kepala, udara yang lembab makin bikin BASAH. Note to self: kalo masuk hutan pake JANGAN pake celana jeans dan baju yang ngepas banget di badan. 

Sesampainya di feeding station, bahkan gue belum sampai ke platform tempat pemberian makan, gue udah melihat orang utan. Dekat banget di depan mata gue sendiri, casually mondar-mandir dan makan aja gitu walau dikerumuni manusia.
my very first wild orangutan experience
Kata bang Zulham, biasanya orang utan hidup berkelompok dengan satu jantan dominan. Nah si jantan dominan ini selalu menguasai feeding station, pasti dia duluan yang pertama makan, sementara anggota kelompok yang masi cere (apalagi kalo jantan muda) cuma bisa gelantungan di pepohonan ngeliatin dengan penuh harap. Ibaratnya kalo gue lagi high level meeting, yang makan duluan G8 gitu, G3 mah ga makan juga dibiarin aja (yha). Kadang si dominan baik hati, ada orangutan betina gendong anak diijinin makan bareng. Semacam busway kali ya, beri prioritas bagi ibu membawa anak. Para gelantungan-menonton-penuh-harap juga terkadang memberanikan diri mengambil sisa makanan yang terjatuh (ini kasihan), atau mengendap ngambil makanan satu-satu waktu si dominan ngga lihat (terus kalo ketauan langsung ngibrit persis Srimulat). Kalo ketauan gawat, bisa-bisa digeplak si dominan. Kalau si dominan udah kenyang dan pergi, baru deh mereka bisa ngambil sisa-sisa makanan di platform. Huft keras ya kehidupan mereka.
perlahan mulai menggapai makanan sembari berharap tidak ketahuan
Kurang lebih sejam menonton orangutan makan, gue pun kembali ke kapal. Kapal kembali menyusuri sungai, kali ini dengan tujuan mencari bekantan. Tau bekantan kan? Itu loh monyet belanda, yang hidungnya panjang itu. Di pinggir sungai, kadang kapal ketemu pohon yang didiami sekelompok bekantan. Seru loh para bekantan ini, lincah loncat dari dahan ke dahan, bahkan dari pohon ke pohon. Ada kali puluhan bekantan di satu pohon. Watching them is a quite awe moment, you know I got that National Geographic realness. 
pak bu bekantan
Pengamatan berhenti saat hujan sore mulai turun. Ngga usah khawatir kena hujan, karena kru kapal dengan sigap menurunkan terpal untuk menutup kapal. Gue masih bisa menonton hujan, dan di momen ini gue merasa sangat damai. Suara hujan dan klotok, titik air hujan jatuh ke sungai, bulir air di semak pinggiran sungai, dan semilir angin dingin. Sempurna. Apalagi setelah hujan berhenti, senja dengan langit kemerahan dan  pelangi. Makin sempurna.
best time of the day

alangkah indahmu
Kapal akhirnya kembali ke Tanjung Harapan. Sehabis makan malam, gue diajak night trekking. Excited banget rasanyaaa terakhir masuk hutan malam-malam tuh waktu pelantikan himpunan bertahun-tahun lampau. Selama trekking kurang lebih sejam, gue ngga banyak menemukan apapun. Gue cuma melihat jamur glow in the dark (kece banget ini), seekor kunang-kunang, dan sarang kalajengking (itupun ekornya saja yang tampak). Mungkin lagi ngga hoki, ngga ketemu dengan tarsius. Ngga apa, bisa trekking malam-malam aja udah menyenangkan. 

Balik kapal, dek atas kapal tetiba udah diubah menjadi deretan tempat tidur berkelambu. Nah tadinya kapal mau bersandar semalaman di Tanjung Harapan, tapi berhubung ada kapal dengan rombongan "kemesraan ini janganlah cepat berlalu" (tau kan tipikal rombongan gede yang kerjanya ketawa-ketiwi nyanyi-nyanyi penuh solidaritas dan keakraban), diputuskan kapal akan menyusuri sungai mencari tempat yang lebih sepi untuk menginap. Kurang lebih sejam berlayar, sampailah di suatu tempat antah berantah. Sepi dan gelap, ngga ada suara dan cahaya kecuali dari kapal. Bintang terlihat bertebaran walau langit berawan. Malam yang baik untuk mengakhiri hari yang menyenangkan.

Sabtu paginya sekitar jam 08.00, kapal kembali menyusuri sungai menuju Camp Pondok Tanggui. Gue trekking ke feeding station lagi sekitar 10 menit, namun kali ini ga di hutan tapi melewati pepohonan pakis. Gue sampai di feeding station tepat sebelum feeding dimulai. Si dominan udah berkeliaran di platform, sementara orangutan level g3 (ini sebutan gue aja) bergelantungan penuh harap di pepohonan sekitar. Saat ranger datang dan ngasi makanan, party dimulai. Nonton mereka makan, gue jadi pengen belajar cara makan rambutan dengan cepat dan sigap.

mejeng dulu


pak bos dan ibu
kerumunan warga sekitar
Jumlah orangutan di Pondok Tanggui lebih banyak dari di Tanjung Harapan, bahkan bisa mengamati dengan lebih dekat. Yang seru adalah saat ada orang utan yang lagi gelantungan di pohon di atas gue dan penonton lain, dan tetiba dia pup. Pupnya jatuh aja gitu, untung ngga kena siapa-siapa. Penonton seketika bubar, kecuali beberapa turis asing yang entah kenapa memfoto pup tersebut. Iya pup yang difoto. Iya jangan tanya gue kenapa.

Kami nonton feeding selama sejam, lalu balik lagi ke kapal untuk menuju Camp Leakey. Sungai makin menyempit, dan warna sungai yang tadinya coklat keruh perlahan-lahan berubah menjadi hitam. Walaupun hitam tapi sebenarnya bersih, karena hitamnya hanya karena rendaman dedaunan dan akar.
into the wild

look at the river color!

obligatory "di ujung perahu" pic
Setelah perjalanan selama kurang lebih dua jam, kapal sampai di Camp Leakey. Ibaratnya Camp Leakey ini terminal Kampung Rambutan, karena banyak banget klotok yang berlabuh di sana. Kapal gue yang datang awal aja sampai ngga bisa bersandar tepat di dermaga. Jadi Camp Leakey ini adalah tujuan utama dari segala tujuan (halah), karena trip yang cuma sehari pun cuma ke Camp Leakey. Jadi selain klotok gue dan wisatawan leyeh-leyeh (I mean yang ikut trip berhari-hari) yang isinya paling banter belasan orang, ada klotok yang isinya sampai puluhan (!!!) orang, mulai dari anak kecil sampai kakek nenek, lengkap dengan kardus popmie, nasi kotak, tiker, serta full music dengan speaker all about that bass much treble. Ramai!
dermaga Camp Leakey
Dan ngga heran kalo Camp Leakey menjadi tujuan utama dari segala tujuan, karena baru beberapa langkah dari dermaga aja gue udah langsung ketemu orangutan. Dari dermaga ke hutan kan harus melewati jalan kayu, dan mereka casually mejeng aja gitu di tengah jalan, di tengah kerumunan orang. Hamdallah aman karena ada ranger yang selalu mendampingi.
bobo chantique

senyum "ini aman kan? ga galak kan??"

senyum "selamat datang di Camp Leakey"
Di Camp Leakey, ada museum sederhana yang menggambarkan awal mula berdirinya camp dan tentang kehidupan orangutan. Yang menarik sih ada dinding yang isinya silsilah orangutan. Hebat juga para ranger dan peneliti ini, bisa hapal nama orangutan yang menurut gue bentuknya sama semua. Dan gue salut akan kegigihan para conservasionists ini untuk melindungi orangutan dan lingkungan. I could learn a thing or two from them. Puas melihat-lihat ke museum, gue trekking ke feeding station melewati rute yang ngga umum, jadi muter masuk hutan selama kurang lebih sejam. Menyenangkan loh, karena sepi dan bisa ketemu up close and personal (halah) dengan orangutan.
khas jejak petualang

mayan lah ya bisa selfie
kamuh ngeliat apa?
Sampai di feeding station, gue terhenyak. Kaget. Pusing. Terperangah (oke ini lebay). RAME BANGET MANUSIA! Mana udara lembab, yaudalah makin aja gue basah keringetan. Men ini bahkan lebih basah daripada malam taun baru empet-empetan di bunderan HI. Dan karena gue datang lebih awal dari jadwal feeding, jadilah harus nunggu dulu di tengah kerumunan manusia. Saat feeding mulai pun, manusia-manusia ini (oke gue akui: termasuk gue juga) mulai berdesak-desakan untuk maju mendekat. Tapi yang makan cuma satu dua orangutan aja (plus babi rusa yang entah kenapa ikutan mejeng). Yang menarik paling waktu ada orangutan iseng jalan melewati kerumunan manusia, masuk ke feeding station. Kombinasi kepanasan, terlalu banyak orang, dan "yelah orangutan lain ga ada nih yang muncul?" bikin gue perlahan melipir. Seriously, jalan bagi gue di Camp Leakey justru yang paling menyenangkan adalah saat jalan di hutan, bukan saat nonton orangutan makan.
manusia
to give you the idea on how many manusia


Beres nonton, gue balik ke dermaga melewati rute yang berbeda dengan saat pergi (macam sholat ied aja). Terus tetiba hujan deras. Ini kaya dejavu pelantikan subsi, jalan sore di tengah hutan dan basah ngga jelas campuran keringat dan hujan. Bedanya, kali ini dijalani dengan perasaan senang (azek). Tiba di dermaga pun, ramainya udah lebih-lebih dari sebelum gue tinggal. Kalau tadi kaya terminal Kampung Rambutan, sekarang kaya terminal Kampung Rambutan di waktu mudik. Puyeng.

Tapi setelah loncat dari kapal ke kapal, akhirnya kapal gue pergi juga. Kembali menyusuri sungai, kali ini ke arah hilir. Justru di saat lagi berlayar sore ini gue bisa duduk dengan tenang menikmati alam sekitar (plus mikir tentunya, gue masih belum lupa tujuan gue menyepi!). Betapa manusia kecil di hadapan alam.

cruising
menuju senja
Saat malam, gue melihat banyak kunang-kunang di tepian sungai. Indah banget astagaaa, kerlap-kerlip berkerumun di pohon jadi kaya pohon natal. Seindah itu! Sayang ngga bisa lama mencari kunang-kunang karena hujan turun lagi. Kali ini lebih deras dan lebih lama, ada kali semalaman. Lumayan lah tidur diiringi suara hujan.

Hari ketiga, kapal udah ngga mampir-mampir lagi, kembali ke hilir menuju pelabuhan Kumai. Paling cuma mampir sebentar di patung selamat datang buat foto ala-ala.
goodbye Tanjung Puting!

Gue kira acara akan selesai setelah tiba di pelabuhan, ternyata masih diajak jalan-jalan keliling Pangkalan Bun. Ngga banyak sih, cuma ke tempat beli oleh-oleh, rumah adat, dan naik perahu menyusuri sungai yang membelah kota. Kota Pangkalan Bun sendiri ya begitulah, khas kota kecil yang ramai tapi tenang. These were nice surprises loh, gue ngga menyangka akan ada acara jalan-jalan. Rekomended banget lah trip ini!
di rumah adat
menyusui sungai
sekilas kota
Siang hari, kembali lah gue ke Jakarta, kali ini dengan pesawat Kalstar, membawa sejuta kenangan dan pengalaman (berlebihan). Tanjung Puting was such an amazing experience! Menurut gue, sekali seumur hidup harus lah orang harus coba kesini. Makhluk yang gue kira cuma lucu aja, ternyata punya peran sepenting itu di alam. Melihat orangutan sedekat, seliar, sekaligus serapuh (yes I really mean it okay) bikin gue merasa harus melakukan sesuatu. Tapi ya what can I do other than donating? And God bless all them conservationists! Semoga semua orang terketuk hatinya untuk melindungi si orangutan, dan teman-temannya sesama satwa liar.

Anyway, goodbye Tanjung Puting and thanks for the good time!



PS:
Anyway, katanya mau mikir selama di Tanjung Puting? Ohh tenang, selama disana gue udah mendapat beberapa ilham (asek). Satu yang gue bisa share adalah: my feeling is valid. Gue ngga perlu merasa malu atau dangkal simply for having it. It is what it is. Yang menentukan adalah gimana gue bersikap karena feeling tersebut. Begitulah..

Saturday, August 23, 2014

mari ke Kepri!

Ssup?! Lama banget nih ngga update blog, so sorry my blog bukan maksud mau melupakanmu tapi emang sibuk banget :( kalaupun ngga sibuk, ya lupa :( yang penting lupanya ngga diniatkan toh :P anyway setelah berbulan-bulan, gue jadi gelagapan gini buat nulis. Please bear with me ya kalau post ini jadi ngga terstruktur dan bahasanya jadi awkward..

Post kali ini tentang.. jreng jreeng... BATAM DAN SEKITARNYA! Bulan lalu gue dinas ke Batam dan hamdallah bisa menyempatkan diri main kemana-mana: Batam, Bintan, plus ke Singapura. Jadi gue akan bercerita mengenai tempat dan hal-hal yang gue anggap menarik selama di sana

Jalan kemana??
Kira-kira gue ke sini nih:
cici was here and there di sana yang ditandain bintang merah
Gue dan temen kantor (let's call him Masded) sampai di Batam pagi, jadi belum bisa check in hotel. Daripada gue mati gaya, mending gue ngikut Masded datangin rumah saudaranya yang ada di jreng jreeeng Tanjung Pinang. Jadi lah kita menuju pelabuhan untuk menyeberang ke sana (Geography 101: Tanjung Pinang ada di pulau Bintan, beda pulau dengan Batam). Di Tanjung Pinang gue ngga kemana-mana banget sih, cuma numpang sholat di masjid (tak terfoto), makan siang di tempat asik dengan menu asik (ada di subpost berikut), ngikut ke rumah saudaranya Masded (had a kinda awkward moment "kenalin ini Cici.. bukan ini bukan istri saya, ini temen kantor saya".___.), dan mencoba main ke pantai (jauh banget jadi akhirnya batal dan puter balik guna mengejar jadwal kapal terakhir di hari itu). Hal paling memorable selain makanan adalah sunset waktu penyeberangan pulang dari Tanjung Pinang ke Batam..
even my camera can't capture its beauty
Beberapa hari kemudian, gue dan Septine (yang datang khusus ke Batam buat nemenin gue berwisata) jalan-jalan ke Bintan. Kali ini kami ke pulau Penyengat, yang letaknya persis di seberang Tanjung Pinang, cuma 15 menit naik perahu kecil dan cuma bayar 8 ribu saja (jujur gue takjub akan murahnya harga ini ;_;). Pulau ini kecil banget, dan isinya penuh dengan bangunan dan makam bersejarah. Yang terkenal ya Masjid Raya Sultan Riau yang konon dibangun dari putih telur. Sayang sih ngga banyak yang bisa dilihat di masjid ini, bahkan seinget gue cuma ada sedikit penjelasan mengenai sejarah masjid itu sendiri.
sudut masjid
Pengunjung pulau bisa keliling pulau naik becak motor melihat-lihat places of interest, dan hamdallah ongkos becaknya murah banget cuma 25 ribu saja berdua ;_; Gue suka pulau ini karena cukup rapi dan suasananya menyenangkan. Kalau ditambah penjelasan mengenai obyek sejarah, lebih rapi, dan dibuat kampung khusus yang seakan-akan kembali ke masa lalu dengan atraksi budaya reguler ala Taman Mini, pasti bakal tambah menarik.
cw from top left: rumah adat melayu - makam kuno - pojok pulau - putri melayu pelaminan di rumah adat
Sepulang dari pulau ini, kami makan siang di Tanjung Pinang. Again, mengenai makanan ada di subpost berikutnya ya. Abis makan, kami let's go to the beach each let's go get away (sorry I can't help it). Jadi berdasarkan hasil gugling, pulau Bintan punya banyak pantai kece dimana yang paling hitz ada di kawasan Lagoi. Perjalanan dari Tanjung Pinang ke Lagoi cukup lama, ada kali 1 jam lebih. Berikut percakapan memorable dengan supir sewaan selama perjalanan:
Supir: nah di Bukit Batu sana ada peninggalan Laksmana Raja di Laut
Gue: hah yang di lagu?
Supir: iya yang di lagu itu
Gue: :O Bukit Batu sama Laksmana Raja di Laut beneran ada??
Supir: ya memang ada!
Hmmm selama ini gue kira Laksmana Raja di Laut hanya hikayat belaka, atau hanya sekedar baris pertama pantun di lagu itu. Ternyata gue salah!! Seketika gue pengen ke Bukit Batu, foto pake kostum penari zapin berpose ala penari latar Iyeth Bustami. Sayang kami ngga sempat ke sana dan ngga ada kostum zapin juga sih

bonus video untuk lebih memaknai suasana:


Anyway akhirnya kami sampai juga di Lagoi. Beuh ini ya ibaratnya udah negara dalam negara. Kontras aja gitu setelah melewati perkampungan dan tanah kosong, tiba-tiba sampai di pintu pagar kawasan resort dan diperiksa satpam plus BAYAR untuk masuk. Belum lagi diultimatum oleh satpam krn kita sampai udah sore "jam 5 udah tutup ya". Hm...

Kawasan resort ini LUAS banget. Ada kali 10 menit ngebut dari gerbang pemeriksaan ke pantai. Sebenernya pantai ada banyak, tapi karena diburu waktu akhirnya gue dan Septine cuma ke satu pantai: Nirwana Beach Club. Denger-denger wilayah Lagoi emang jadi tempat wisatanya orang Singapura. Ternyata emang bener, selain gue dan Septine (dan para karyawan resort) hanya ada orang-orang asing...

Pantainya sih bagus, pasir putih dan air bening, suasananya menyenangkan, dan menghadap barat jadi pasti bisa nonton sunset. Kebetulan juga lagi sepi. Kalau ngga ingat ngga ada baju ganti, gue pasti bakal nyebur. Karena ada beach club jadi bisa sewa peralatan watersport. Tapi sekali lagi, karena diburu waktu dan menghemat duit, gue dan Septine hanya strolling, foto-foto aja, dan in my case, basahin kaki.
cw from top left: garis pantai - row your boat - siluet - selfie dulu kaka - sun and its glory 
Jadiii secara keseluruhan jalan-jalan gue di pulau Bintan bisa dibagi menjadi 3 bagian: keliling kota dan makan-makan, pantai di kawasan Lagoi, dan pulau Penyengat. Fun fact: gue perhatiin orang disini nyebut Bintan as in kabupaten Bintan, bukan pulau Bintan. Kalau dari Batam mau ke pulau Bintan, orang-orang biasa bilang "mau nyeberang ke Pinang". Just share it with you guys biar ga bingung kaya gue waktu ditanya sesampainya di pelabuhan di Tanjung Pinang "kalau mau lihat pantai adanya di Bintan" "heh bukannya sekarang udah di Bintan?" "maksudnya di kabupaten Bintan" "ooo".

Di Batam sendiri gue ngga banyak jalan-jalan sih, paling makan-makan (ada di subpost berikut) dan belanja (ini juga di subpost berikut). Gue hanya ke jembatan Barelang dan eks camp pengungsian korban perang Vietnam di pulau Galang, masih bersama Septine dan ditambah dengan Kezia selaku temen kantor penguasa Batam merangkap guideLesson learned:

  1. Ternyata jembatan Barelang ngga cuma satu, tapi beberapa jembatan yang menghubungkan beberapa pulau. Walaupun yang jadi ikon utamanya memang satu jembatan sih..
  2. Pak Habibie is seriously so ahead of our time untuk berinisiatif bikin jembatan ini. Great mind indeed!
  3. Pemandangan di jembatan ketiga (eh atau keempat?) justru yang paling bagus
  4. Siapa lagi coba yang punya ide buat jualan kepiting utuh raksasa untuk ngemil di jembatan? Hidup ibu-ibu pedagang cemilan di Barelang!!

cw from top left: megah - CSK - nice view - right in a middle - where're you going?

Tentang eks camp pengungsi perang Vietnam, walaupun jauh sejam lebih dari Batam, tapi gue sangat rekomen untuk datang ke sini. Iya sih agak ngga terawat seperti tempat wisata di Indo pada umumnya, tapi berada di sini membuat gue merasa.. apa yah.. gue jadi berdoa semoga ngga ada lagi perang. Perang yang memaksa manusia pergi dari tempat asalnya, perang yang memaksa manusia untuk hidup dari nol di tanah yang ngga mereka kenal, perang yang membuat manusia kehilangan hak sebagai manusia. I mean hidup di camp pengungsian itu sulit, apalagi di tanah yang mereka ngga kenal, tapi mereka memilih membakar perahu menolak kembali ke Vietnam, karena hidup di peperangan pasti jauh lebih sulit...
cw from top left: pagoda - perahu asli pengungsi - gereja tua - bekas bangunan 1 - bekas bangunan 2
Sayaaang banget kondisi bangunan-bangunan di kawasan ini kurang terawat, bahkan ada beberapa yang tinggal reruntuhan. Kalau aja bisa dijaga sesuai kondiri otentik, bahkan kalau bisa ada teater/diorama untuk menunjukkan kehidupan di jaman itu, pasti akan lebih menarik. Heck sekalian deh bikin hotel dengan suasana camp pengungsian, komplit dengan peralatan jaman dulu dan makanan jaman perang. You know, dibuat senapak tilas mungkin. Yah sekarang mah bangunan terawat juga udah syukur.

Bonus: kunjungan ke reservoir air tawar di Batam. Bisa banget buat piknik di pinggirnya, duduk bego menikmati angin..
damai di tengah hiruk pikuk kota
kanmakanmakan
Lo and behold, banyak makanan enak di Batam dan Bintan! Bahagia lah pokoknya makan di dua kota ini. Nah berikut beberapa tempat rekomendasi di Batam:
mi Tarempa
Mi ini mirip-mirip sama mi aceh dalam hal pedes. Harganya mayan murah, porsinya banyak, rasanya enak. Gahh gue jadi ngidam kan... Oh ya di restoran ini bisa juga beli oleh-oleh Batam yaitu Luti Gendang, semacam roti isi ikan. Itu yang di foto yang bulet coklat di piring di atas mi. Enak deh!
sop ikan Yongkee Qomaladee
Ini sop ikan enak pisan, plis lah gue masi kebayang rasa kuahnya ;_; Ade gue pernah makan tomyam di sini, katanya "terbaik bangsa!". Lain kali kalau gue ke sana lagi, gue harus makan tomyam terbaik bangsa itu!

gue ngga punya fotonya huhu ;_;
Tempat makan oke lain di Batam yaitu di food court di Harbour Bay. Ini makannya di pinggir laut (atau sungai sih itu? Eh kalau harbour mah mestinya laut yaa) dan menunya kebanyakan seafood. Enak lah makan-makan di sini sambil menikmati angin malam. Masalah harga ya sedang lah, ngga mahal-mahal amat.

Hmm sedikit ya, di Batam gue kebanyakan makan di hotel sih huft.. Kalau di Bintan sih juaranya ya seafood:
partayyy!
Gue dua kali makan siang di Batam dua-duanya seafood overload. Seperti biasa, memori gue yang pendek bikin gue lupa dimana aja restoran-restoran itu. Yang di foto atas adalah menu makan siang hari pertama, terdiri dari otak-otak, cah kangkung selaku temen setia seafood, ikan asam pedas (mirip nih sama ikan asam manis yang di Pontianak), dan gong gong. Omg special shout out to gonggong (nulisnya pake spasi atau ngga sih?), ini semacam kerang yang rasanya manis, kenyal, dan ngangenin (iye gue ngidam). ENAK!! Di makan siang kedua, menu makanan gue bertambah dengan kepiting. Gila kurang begah apa coba.. Harga juga sebanding sama rasa dan porsi. Mana rata-rata tempat makan di Bintan di pinggir laut, abis makan syahdu banget kan duduk diam kenyang bego memandangi laut..

Belanja belanji
Kalau demen belanja pasti demen di Batam, karena banyak banget toko jual tas, parfum, kacamata, dll pernak pernik branded. Kemarin sih gue ke toko-toko di Nagoya, banyak ko tokonya berderet-deret. Harganya gue rasa lebih murah dibandingkan dengan produk yang sama di Jakarta. Menyenangkan lah belanja-belanji di sana. Kalau niat, silakan deh tuh masukin satu-satu semua toko itu untuk bandingin harga. Kalau lebih niat lagi, silakan deh tawar-menawar. OOT: ternyata pusat belanja di Nagoya itu menunjukkan ya bahwa prejudice hanya wanita yang seneng belanja itu salah. Sori ternyata pria juga bisa sama niatnya untuk belanja, terlihat dari rombongan bapak-bapak belanja keluar masuk toko. Shopping knows no gender lah yaa.

Kalau belanja oleh-oleh, banyak sih toko-toko di Batam yang jual oleh-oleh khas sana. Mulai dari cake pisang, cake buah naga, bingka bakar dll gugling aja. Gue sih kemarin cuma mampir lihat-lihat di beberpa toko tapi ngga beli, jadi ngga tahu rasanya. Toko-toko ini juga jual snacks dari Malaysia Singapura sana, tapi kalau snacks impor mah mending beli di supermarket Top 100. Harganya bisa jauh lebih murah.

Garden by The Bay
Gue menyempatkan satu hari untuk menyeberang ke Singapura khusus berkunjung ke new heitz place in town: Garden by the Bay. Sendiri saja jalan-jalan bego bertualang menenangkan jiwa. Gampang ko, tinggal nuker duit, beli tiket kapal, punya peta MRT, and you're set. Berhubung gue baru pertama kali ke Singapura naik kapal, maka gue menemukan beberapa hal norak menarik: ooh naik kapal perlu check in segala ya, begitu sampai Singapura mending gue langsung check in lagi untuk pulang, ternyata di Singapura ga bisa masuk ke ruang tunggu kalau belum mendekati jam berangkat...

Sekian mengenai perkapalan ke Singapura, sekarang mari bahas tempat tujuan gue. Garden by the Bay is NICE. Padahal cuma taman aja gitu tapi entah kenapa bisa enak dan nyaman banget buat duduk atau jalan bego tak tentu arah. Gue sangat rekomen untuk masuk ke dome, baik yang Flower maupun Cloud Forest. Walaupun bayar, tapi pengalamannya sebanding lah: adem, menyenangkan, dapat ilmu baru (ini gue serius di sana penuh dengan display dan penjelasan), dan penuh spot foto-foto. Yah walaupun gue hanya bisa selfie sih itu pun tanpa tongsis.. Anyway sayang gue ke sana pas hari hujan, jadi gue ngga bisa naik ke Skyway. Apa itu Skyway sila gugling sendiri :P
overview Garden by the Bay
inside Cloud Forest
inside Flower Dome
malam tiba di Singapura
Gue masih takjub sama kesigapan Singapura dalam hal bikin tempat yang unik seperti ini. Maksud gue, ini kan basically taman ya, tapi mereka bisa bikin menjadi taman yang grand, komplit, menyenangkan, mudah dicapai, eco friendly, GRATIS, dan yang paling penting punya brand dan bisa jadi icon. Kapan ya Indo bisa mengikuti?

MTQ Nasional
Jadi mentemen, kalau mau pergi ke satu kota, hindarilah waktu dimana ada event besar akan diadakan di kota itu. Pas banget waktu dinas gue ke Batam berbarengan dengan MTQ Nasional ke-25. Jadi tiket pesawat susah didapat yang berakibat gue dapet flight paling pagi. Gue satu pesawat pula dengan rombongan panitia, yang berakibat lama nunggu bagasi karena yasalam bagasi panitia-panitia ini banyak dan besarnya ngga nanggung. Untunglah gue udah dipesankan hotel dari jauh-jauh hari, karena konon hotel di Batam di tanggal MTQ itu sudah habis ludes dipesan.

Karena kebetulan hotel gue ada di tengah kota, maka balkon kamar gue jadi spot strategis buat nonton pawai kontingen MTQ. Panitia-panitia dan masyarakat luar biasa niat loh. Siang itu kan mendung ya, tapi mereka udah ramai berdiri sepanjang jalan bersiap menyambut pawai. Hujan, reda, hujan, reda lagi, tapi mereka tetap di tempat. Salut!
keramaian keriaan kemeriahan
Pelajaran lagi nih: hindari lokasi pembukaan event nasional kalau ngga mau terjebak kepelikan hidup bernama kemacetan. Gue balik dari Singapura via pelabuhan Batam Center malam-malam, padahal di kawasan Batam Center lagi ada acara pembukaan MTQ. Macet banget banget banget karena pengalihan jalan. Yaudalah gue stranded di mall Batam Center, makan malam dan bengong bego berharap macet berkurang. Ternyata makin malam makin macet. Nunggu taksi pun ngga dapet-dapet. Ditawarin dianter sama satpam kantor pun ngga enak banget rasanya. Gue pun #YOLO jalan kaki ke Otorita sana. Gile keringetan percuma makan malam...
suasana pembukaan MTQ
Tapi seru juga sih jalan jauh begini karena jalanan ramai dan meriah: penuh dengan rombongan MTQ baru bubar, rombongan penonton pembukaan, rombongan anak nongkrong, dan rombongan mobil terjebak macet. Hamdallah akhirnya setelah jalan jauh dan bersaing dengan rombongan bapak-bapak gue pun dapet taksi, tapi saran OOT nih taksi tertentu di Batam ngga pake argo, jadi naik taksi yang terlihat proper aja ya.

Pelabuhan berasa halte busway
Namanya juga propinsi Kepulauan Riau ya jadi pastilah kotanya menyebar di banyak pulau. Gue merasakan banget di sana kalau Indonesia itu adalah negara kepulauan, dalam hal transportasi utama yang digunakan adalah kapal. Pelabuhan yang gue datangi di Batam sih ngga gede, tapi sangat sangat sibuk mulai dari penyeberangan dalam negeri hingga ke Singapura atau Malaysia sana. Bener loh pelabuhan di sini udah kaya halte busway: rame, sibuk, dan penuh kapal mondar-mandir. Bedanya, operator kapal banyak di sini. Satu tujuan bisa ada banyak operator kapal yang melayani. Dan halte busway ngga bisa mengalahkan penjual tiket operator ferry penyeberangan domestik disini (penyeberangan domestik as in ke Bintan, Karimun, dalam negeri bukan ke Singapura atau Malaysia). Lu bayangin datang ke pelabuhan dan disambut oleh mbak-mbak/mas-mas penjaga counter tiket "KAK TIKETNYA KAK 5 MENIT LAGI BERANGKAT!! KAK TIKETNYA KAAAK!!" lalu loket sebelah menimpali "BOHONG TUH MASIH LAMA BERANGKATNYA!! BELI TIKET DI SINI KAK!!!!". Dan mereka teriak ngomong di saat bersamaan. Mereka teriak-teriak dari dalam counter masing-masing, kadang sampai nongolin badan dari counter. Wakakaka chaos tapi seru!
halte busway pelabuhan
Nah sekarang info tentang kapal. Harga tiket Batam-Tanjung Pinang sekali jalan kalau ngga salah sih sekitar 60-70an ribu. Kalau Batam-Singapura PP sih sekitar 200an ribu. Maaf ngga informatif, tapi kapal-kapal yang gue naikin nyaman ko: masih terlihat baru, full AC, peralatan safety juga lengkap. Kalau ke Tanjung Pinang, gue rekomen naik kapal yang ada dek terbuka di belakang jadi bisa nongkrong menikmati pemandangan. Bagus loh, apalagi bagi gue anak pecinta laut yang jarang ke laut.
bahagia walau ujung-ujungnya masuk angin
jejak kapal

Yang asik sih jadwal keberangkatan kapal teratur dan jeda antar jadwal juga ngga lama. Cuma untuk penyeberangan domestik, seinget gue ngga ada jadwal malam hari. Jadi kalau pulang hari, pastiin dulu aja jadwal kapal terakhir. Karena waktu gue balik dari Bintan ke Batam via pelabuhan Tanjung Uban, gue taunya penyeberangan terakhir jam 7. Ternyata pas sampai sana jam 6, kapal terakhir udah mau berangkat. Terpaksa gue dan Septine lari-lari ke kapal dengan disemangati abang-abang nongkrong "ayoo LARI kejar kapalnya!". Hmph thanks loh bang untuk semangatnya..

Special paragraph dedicated to penyeberangan dari Tanjung Uban ke Batam: kapalnya kecil, ngebut, padahal lewat laut lepas. Kalau kapal ini manusia, ibaratnya dia manusia yang #YOLO. Itu kapal kecil banget sampai pantat kapal masuk ke laut, gue curiga kalau duduk di sana kaki gue ada di bawah air. Ngebutnya juga luar biasa sampai nih kapal gradak gruduk sepanjang perjalanan. Septine cuma bisa ketawa saking stres. Gue juga ketawa karena gue demen yang bumpy seru gini dan agak stres sedikit sih. Persis kaya wahana Dufan. Bit scary but cool!
beginilah getaran di wahana Dufan kapal
Kesan dan Pesan
Kota Tanjung Pinang adalah kota kecil yang menurut gue menarik, dan terlihat lagi berkembang dengan pembangunan ini itu dimana-mana. Yah namanya juga ibukota propinsi baru, dan dalam ha ibukota gue rasa Tanjung Pinang mirip-mirip dengan Jakarta. Coba bayangin Jakarta dimana tiap hari semua orang dari pinggiran kota datang ke Jakarta naik busway. Sekarang bayangin Tanjung Pinang dimana tiap orang dari pulau lain datang ke Tanjung Pinang naik KAPAL untuk bekerja di kantor-kantor pemerintahan. Seru kan.. Gue berencana datang lagi ke Lagoi untuk stay di resort, menikmati hidup di pinggir laut berhari-hari: main di hutan mangrove, makan seafood, main kayak, main air, gahh gue harus ke sana lagi!!

Kalau Batam, bagi gue adalah kota yang asik. Serius, Batam meninggalkan kesan yang baik bagi gue "oke gue suka kota ini, gue akan balik lagi ke sini dengan senang hati, disuruh tinggal berbulan-bulan pun gue mau". Kotanya besar, suasana menyenangkan, fasilitas lengkap, daaan dekat Singapura ini penting. Suka!

Bonus: satu lagu yang secara random gue dengar di radio mobil selama jalan-jalan di Batam dan menurut gue sangat COCOK dengan suasana jalan-jalan, laut, #chilling, dan #blessed:


Demikian catatan saya hari ini sebagai informasi (halah keseringan bikin catatan bahasa gue jadi gini). Semoga suatu saat gue bisa balik lagi jalan-jalan ke Kepri! Sampai bertemu di blog post tentang jalan-jalan berikutnya kalau gue ngga lupa buat nulis fufufu