Thursday, February 26, 2015

hai Adis aku kangen

Bulan lalu, gue kehilangan salah satu temen dekat gue.

Waktu gue mendapat kabar itu, reaksi gue ngga histeris seperti di sinetron, atau breaking down on the floor (or in my case, in my bed when I got the news), bahkan gue ngga bergelimangan air mata. Gue cuma ngerasa waktu melambat saat gue berpikir "hah? ini beneran?". Dan sampai seharian berikutnya, gue ngerasa kosong. Numb. Empty. Gue udah malas kerja, seakan energi gue hilang total. Pikiran gue sempat teralihkan saat ada kesibukan (rapat, makan siang bareng etc), tapi begitu gue ngga mengerjakan apa-apa, here comes the emptiness.

Dan malam harinya, berita itu bener-bener bisa diproses sama gue. Gue kehilangan orang yang selalu gue temui kalau gue ke Bandung. Gue kehilangan teman yang dulu seperjuangan di tempat kerja yang lama, bahkan teman seperjuangan menghadapi 20 something crisis. Gue kehilangan teman yang fangirling bareng ke Bigbang. Gue kehilangan teman yang tahu rahasia gue yang bahkan ngga ada seorang lain pun yang tahu. And here comes the tears. Here comes the regrets. Here comes the what if. I started to cope with loss, which is unpleasant and sucks life out of you.


Hari-hari berikutnya, my life goes on, sampai gue dapat kabar gue harus konsi ke Bandung. Seperti biasa, tiap gue mau ke Bandung, gue angkat HP untuk menghubungi temen gue "Adiiis gue mau ke Bandung. Nanti ketemuan yaa!". Gue udah buka Whatsapp dan search nama dia, dan saat gue mau klik namanya, gue baru sadar kalau teman gue ini udah ngga ada. This realization hits me hard tho I already know that she's gone since month ago. 

Gue pikir gue udah menerima kehilangan, sampai gue secara ngga sadar mau hubungi dia. How stupid am I? And here comes the emptiness, again. 


Sekarang, di Bandung, gue cuma bisa mengenang teman gue ini. She's the real fighter. Dia bisa memutuskan untuk menjalani operasi yang gue yakin ngga semua orang, termasuk gue, berani untuk mengambil. And no, in the end she didn't lose her fight. In a way, she actually won! Gue yakin sekarang dia ada di sana, safe and sound, having a well deserved rest. What can be more rewarding than that? How I feel empty now her isn't important compared to what she feels now. She's happy now, worry free.


Writing this post is too emotionally draining so I'll end it saying: Hai Adis aku kangen :)

No comments: