2013 adalah tahun paling roller coaster yang pernah gue alami. Heh, kalimat apa pula itu "paling roller coaster" haha.. Intinya adalah gue mengalami hal-hal yang sangat bikin gue senang dan berbahagia, dan gue juga mengalami hal-hal yang sangat bikin gue emosional.
Tahun lalu, gue menemukan lingkungan baru, belajar ilmu baru, bertemu dan berpisah, memiliki tanggung jawab baru, mengalami momen "OH MY GOD IS IT REAL WHERE IS AIR?!1!!", momen emo dimana gue cuma bisa duduk bengong "oh jadi gini toh rasanya".. I had peace of mind for a moment when everything going as planned, and snap! everything was crumbled before me. The journey was thrilling yet emotionally exhausting.
Tapi apapun yang terjadi, dear God, I'm so thankful for everything..
Overall, hikmah terbesar bagi gue di tahun 2013 adalah:
Beberapa hal memang mustahil untuk diraih, walaupun kita sudah berusaha keras sekeras usaha kuda ileran nanjak di dago, berdoa siang malam, menerapkan keyakinan positif ala The Secret, heck bahkan sebelum berusaha pun kita sudah tahu betul kalau hal tersebut tidak mungkin diraih, tapi tetap saja kita berusaha. Kenapa kita rela sia-sia berusaha? Karena agar nanti, pada saat kita mencoba menerima kesia-siaan tersebut, kita bisa mikir "yah namanya juga usaha". Dan menurut gue, mikir "yah namanya juga usaha" jauh lebih mampu membuat kita menerima kenyataan daripada mikir "seandainya dulu gue usaha".
So the journey was not entirely thrilling and exhausting. It was very fulfilling for me..
And as I begin my journey through 2014 onwards, let me play this song as my new life soundtrack:
I sense things will be great in 2014. Hopefully.. maybe.. :P yah paling ngga gue udah menemukan fokus, dan niat gue udah sedemikian membara! Gue udah punya mimpi, dan gue udah punya tujuan-tujuan konkrit untuk mencapai mimpi tersebut. Mimpi gue mungkin terlampau tinggi, tapi seperti yang teman gue bilang: ngga apa mimpi karena semua berasal dari mimpi. Atau kata teman gue yang lain: mimpi sekalian yang tinggi ke bulan, jadi kalau nyasar, masih nyasar ke bintang. Seriously that is the cutest yet the most motivating quote everrrr
My title post doesn't make sense but whatever. Selama Oktober, gue DUA kali berkesempatan untuk berwisata/jalan-jalan/plesir/whatever you name it.. Ya ampun bahagianya! Oke mari langsung bercerita..
a week in Bandung
Gue dinas SEMINGGU di Bandung. Yuhuuu how fancy is that?? Gue udah lama ngga ke Bandung, dan tiba-tiba gue dikasi kesempatan seminggu di sana. Walau 5 hari untuk dinas, tapi Bandung gitu loh! Uhh ceneng :,)
Selama di Bandung, gue menginap di hotel Sensa, yang berlokasi persis di depan Ciwalk. Literally di depan, bukan di seberang jalan. Bahagia loh menginap di sini karena 1) biarpun variasi menu makan siang/malam dikit, tapi enak (tetep makanan jadi fokus utama) 2) kamar OK dan nyaman 3) lokasi di Ciwalk, karena gampang kalau mau cari makanan(yak ujung-ujungnya makanan..). Biarpun gue meeting dari pagi sampai malam, saat break gue bisa dengan mudah sneak out ke kafe/resto yang bejibun letaknya di Ciwalk. Makan deh disana, bahagia bisa memesan makanan yang dulu cuma bisa gue pandangi harganya pas gue masih jadi mahasiswa (cediih). You know, pas masi mahasiswa cuma bisa memandangi menu terus mikir "kalo gue pesen ini fixed minggu depan gue cuma makan di KBL", begitu udah punya duit sendiri mikirnya jadi "ya ampun ini murah banget!"
fresh from the meeting
Dan kemana aja gue pergi selama di Bandung? Gitu-gitu aja: Ciwalk, PVJ, beberapa FO, beberapa tempat makan baru yang konon heitzzz, ketemu Adis temen gue sesama penggalau gadget, daaan KAMPUS!! Sebelumnya gue ngga kebayang bisa ke kampus saat weekday, saat kehidupan mahasiswa masih lengkap, semua kantin buka. Dan di sana, di kampus yang sedang ramai dengan kegiatan perkuliahan, gue berdiri dengan penuh kekaguman di boulevard, berfoto almamater norak di Indonesia tenggelam, dan duduk nangkring di KBL. Berasa lebay yaa? Tapi bener loh, betapa gue senang ada di kampus ini...
Kenapa setelah bertahun-tahun, gue masih senang ke sini? Padahal gue juga tipe mahasiswa biasa aja dulu. Ngga heitzzz, apalagi aktif. Mungkin karena gue dulu bener-bener menikmati kehidupan gue, bahkan hingga hal kecil seperti gimana rasanya duduk bermandikan cahaya matahari di taman batu, bahkan saat gue dimarahin di kelas, and I cherish every moment of it.
:)
Di Bandung gue juga main ke museum Geologi. Percaya ngga kalau selama jadi mahasiswa, gue belum pernah ke museum ini?(woo kemane aje lu ciii?) Museum ini menarik banget loh! Harga tiket murah, eksibisi oke, apalagi yang di lantai 2. Sayang gue ke sana saat ada bagian museum yang direnovasi, dan ada beberapa alat peraga yang ngadat. Beberapa lukisan di lantai satu bisa deh di-update sedikit jadi lebih modern.. Btw aa pemandu di sana baik banget membolehkan gue dan adek gue nebeng rombongan darmawisata anak SD untuk nonton film dokumenter. Nuhun a!
good guy T-Rex
Tak lupa gue mengunjungi satu tempat yang konon katanya heitzz abis:
Roti Gempol
I don't really care about the bread. Enak sih, tapi yahh namanya juga roti. Dimana pun rasanya mirip-mirip, if not slightly better. Yang gue pedulikan adalah: Addictea sekarang jualan ketengan ya? Eh ini Addictea yang sama ngga sih sama yang ada di PI?
Pulang dari Bandung ke Jakarta, gue naik kereta. Jadi selama gue kuliah, gue NGGA pernah naik kereta dari atau ke Bandung. Terakhir gue mengkereta duluuu banget pas kelas 2 SMA. Berhubung gue juga ngga lagi buru-buru, kenapa ngga naik kereta? This is the most convenient way to end my trip :)
khas Jawa Barat
Ranah Minang
Jadi dengan niat impulsif yang super maksimal, gue ngajak Atid untuk liburan ke Sumatra Barat. Kenapa Sumatra Barat? Karena 1) alam indah 2) makanan enak 3) kampung halaman gua (yah not exactly kampung halaman sih secara ngga ada saudara deket lagi disana). Dan seperti yang gue bilang, rencana kesana dilakukan dengan super impulsif, perencanaan juga dilakukan dengan sigap, dalam arti beberapa hari langsung beres. Tiket pesawat dan hotel? Tinggal googlingsebentar dan langsung pesan ngga pake banyak mikir. Itinerary? Buka Trip Advisor dan Detiktravel. Sarana transportasi? Tinggal googling dan siapin nyali buat ngangkot Saudara Atid yang ada di sana berbaik hati menyewakan mobil dan supir (terima kasih om!).
Kemana aja kita selama di Sumbar?
rute jalan-jalan
Hari 1: in between Padang - Bukittinggi
Sampai di Padang, kita langsung berangkat ke Bukittinggi, atau begitulah rencana semula. Waktu pak supir tau kita pengen kemana-mana, dia pun mengatur rute: mampir dulu di Istana Pagaruyung, lanjut ke Lembah Harau, baru ke Bukittinggi. Plus mampir di air terjun Lembah Anai dan Sate Mak Syukur.
You can easily spot the famous air terjun Lembah Anai persisss di pinggir jalan raya Padang - Bukittinggi. Tempatnya memang agak kecil sih, tapi bagus! Air terjun Lembah Anai ini tipe air terjun yang bisa bikin rasa capek perjalanan hilang lenyap tak bersisa. Gue sama Atid jadi bahagia-menjurus-hyper di air terjun ini, dengan nyengir lebar berdiri bego menyambut tempias air. Uhh bahagia!
look at the stone! look at the water! everything is gorgeous!
biar lepek tapi bahagia
Gue beruntung karena begitu gue dan Atid udah selesai sana dan mau balik ke mobil, datang satu rombongan puluhan orang. Ngga kebayang gimana sesaknya air terjun sekecil ini menampung orang sebanyak itu. Anyway, dari sana kembali melintasi Lembah Anai mengarah Bukittinggi, please jangan tidur di jalan, pemandangan di sini bagus. BAGUS pake kapital. Sangat hijau dan menyegarkan. Ngga jauh dari sini, ada sate yang sudah legendaris yaitu Sate Mak Syukur. Mampir lah kita makan dulu di sana.
kamu mau?:9
Dari sana langsung cabs menuju Batusangkar, lokasi Istana Pagaruyung. Perjalanan jauh, ada kali 2 jam. Tapi sepanjang jalan gue terhibur oleh pemandangan indah: sawah, gunung, langit bersih.. Padahal gue biasanya anak pantai loh, selama ini hanya pantai yang bisa bikin gue melongo kagum, ngga cuma bilang "bagus nih". Tapi di Sumbar, gue melihat gunung dengan anggapan lain. Ibaratnya gunung itu ibu yang berdiri dengan sangat anggun, selalu merengkuh, mengawasi, melindungi semua yang ada di sekitarnya.
Heh, tumben bahasa gue jadi begini...
Oke jadi gue sampai di Istana Pagaruyung. Sayang pas gue di sana, saat istana ini sedang ditutup. Akhirnya gue cuma keliling aja di luar. Gede loh, padahal istana ini terlihat kecil di foto-foto yang gue lihat di internet. Oh ya, disini pengunjung bisa menyewa baju adat untuk kemudian befoto berlatar istana. Gue agak nyesel ngga nyewa tuh baju. Mestinya gue pake baju adat, berfoto, terus gue kasi caption "Minang Abbey". You know, Downton Abbey Minang version..
how cute they are!:3
Di sini kita cuma sebentar, karena ya memang ngga bisa ngapa-ngapain. Agak kurang informatif juga sih, yang gue tau tentang istana ini bahkan gue tau dari internet. Ngga ada penjelasan apapun disana. Mungkin karena memang lagi tutup kali ya. Tapi yah... Ngga apa lah, istana ini tetap oke untuk dikunjungi.
Cabut dari Batusangkar, gue langsung meluncur ke Payakumbuh mengunjungi Lembah Harau. Yaampun Lembah Harau ini menurut gue salah satu puncak keindahan dan keagungan dunia. Bayangin jalan lurus yang sepi, kanan kiri sawah yang luas, berakhir di tebing-tebing raksasa, dengan air terjun di sini dan di sana. Sepanjang jalan gue dan Atid cuma bisa :O
:O
another :O
Dan di (yang tampaknya merupakan) ujung Lembah Harau, gue kembali melihat air terjun. Kali ini lebih tinggi dan jatuhnya lebih halus dari air terjun di Anai.
tinggi, tinggi sekali
Di samping air terjun ada menara observasi, tadinya gue mau kesana tapi ternyata gue harus melewati monyet-monyet liar. Ewh, niat pun diurungkan. Beberapa saat menikmati air terjun, foto-foto, ditodong anak kecil beli tebu, akhirnya gue dan Atid balik, tak lupa berfoto di depan USD1 million scenery..
million dollar babyscenery
Gue sedang mempertimbangkan untuk suatu saat kembali ke Lembah Harau dan menginap beberapa hari disana. Kayanya asik untuk menenangkan diri, semedi kabur dari kehidupan di Jakarta. A perfect getaway! Uhh bayangin aja udah bikin gue bahagia...
Anyway, dari Payakumbuh kita meluncur ke Bukittinggi, kembali dihibur dengan pemandangan laur biasa di kiri kanan jalan.. How can a province be so blessed?
Sampai di Bukittinggi sudah menjelang maghrib, dan langsung check in di hotel. Kita menginap di hotel Limas, dan surprisingly the hotel was quite nice. Dengan harga Rp300 ribu/malam, bisa dapat akomodasi yang nyaman. Recommended!
Malam hari, kita meluncur ke RM Famili untuk makan malam. Konon ayam pop berasal dari resto ini. Dan rasa ayam popnya ENAK banget, kombinasi dari rasa yang emang enak dan gue yang emang kelaparan.
nambah 3x cos that's how I roll
Setelah puas makan malam, kita ke Jam Gadang. Rame yah disana kalau malam minggu, udah kaya pasar malam minus atraksi-atraksi khas pasar malam. Lah dimana mirip pasar malam? Yaudalah yaa namanya juga perumpamaan. Anyway, disana kita muter-muter dan berfoto. Gue disini dipaksa diajak foto sama makhluk berkostum dan diminta bayaran. Ck bisa-bisanya nih bocah. Jadi banyak anak kecil/remaja yang make kostum tokoh kartun, berkelililing ngajak foto bareng. Cuma cara ngajaknya itu loh, gue udah cantik=cantik berpose tetiba dia nongol di sebelah -__-. Tapi selain pasukan berkostum itu, suasana disini cukup nyaman ko untuk jalan-jalan..
di bawah sinar bulan (setengah) purnama
Kita ngga berapa lama ada disini, karena udah cape dan ngantuk. Pulanglah kita ke hotel untuk tidur.. Ngga langsung tidur sih, sempet nonton bola U19 dulu.. Menang pula, kita tidur dengan bahagia deh (ya kalopun mereka kalah kita tetap bahagia sih..).
Hari 2: Bukittinggi - Maninjau - Padang
Hari ini dimulai dengan telat bangun tapi tetap mandi dan sarapan dan santai, check out hotel, dan cabut ke Ngarai Sianok. Sejujurnya gue terpesona dengan fakta adanya struktur alam superkeren yang ada di tengah kota. Kenapa ya pendiri Jakarta dulu ngga mempertimbangkan faktor ini waktu mendirikan kota? Gue bisa banget sejam lebih cuma duduk bego melihat pemandangan ini. Anyway, Ngarai Sianok is majestic. The mountain behind is majestic. Actually everything about this valley is majestic.
majestic mountain
chillin
See? Even the monkey has this "finding ticks like a boss cos I live here and you eventually have to go back to whatever sad city you're from kthxbye!" attitude. They're just sassy.
Inget gue bilang semua yang ada di Ngarai Sianok itu majestic? Nah, ada perkecualian yaitu goa Jepang. It's not majestic, it's eerie and sad. Gue dan Atid masuk kesana ditemani pemandu. Dia menjelaskan sejarah goa ini, ngga perlu gue jelaskan lagi kan ya? Googling aja dan kesini sekalian :D Kebetulan gue kesana saat goa ini lagi direkonstruksi, ada beberapa bagian yang akan dijadikan museum. Mungkin tahun depan kali ya isi goa udah bener-bener jadi. Menurut gue sistem ventilasi goa ini hebat, ngga berasa panas sama sekali. Gimana caranya orang jaman dulu bisa membuat lubang jauh menembus perbukitan is beyond me. Hal yang sangat gue sayangkan adalah coretan-coretan di dinding. Kalo bocah-bocah ini merasa coret-coret sangat keren, coba apa yang mereka rasain kalau rumah yang mereka bangun dengan susah payah dicoret sembarangan. HAH bikin kesel aja.. Untung aja dinding dan atap goa udah dilapis lagi. Di satu sisi memang membuat goa jadi ngga asli sih, tapi di sisi lain bermanfaat juga untuk menjaga dari tangan setan jahil.
tangga kepelikan
pintu masuk
Dari goa Jepang, kita ke rumah kelahiran bung Hatta, a must visit for Atid the die hard Hatta's fan. Masuk ke rumah ini gratis, banyak informasi tentang kehidupan bung Hatta dulu, suasana di dalam juga tenang, adem, bahkan gue dapat inspirasi untuk rumah gue nanti.. Gue jadi mikir, berapa banyak rumah yang menyaksikan lahir dan tumbuhnya bayi yang nantinya akan menjadi orang besar? Berapa banyak yang rumah bisa saksikan, berapa banyak rahasia yang rumah simpan? Pasti menarik jika rumah bisa bicara.
the humble beginning
salah satu pojok rumah
Puas keliling-keliling disini, gue dan Atid berjalan kaki ke arah Jam Gadang. Deket loh, tinggal lewatin tangga yang namanya janjang 40. Mampir dulu ke Uni Lis untuk makan, lewat pasar melihat-lihat pasar (suasananya bikin inget Gasibu deh, tapi lebih tertib), belanja di Pasar Atas, dan kembali ke Jam Gadang.
hai uni :3
met pagi, macan!
Dari sana, kita ke Benteng Fort de Kock. Ehm, disini gue mengalami apa yang gue rasakan dulu waktu datang ke Benteng Somba Opu di Makassar..
Dimana bentengnya?? Gue bener-bener ngga menemukan sisa-sisa benteng disini, selain beberapa meriam. Sayang juga. Tempat ini udah jadi taman dengan kandang burung disana-sini dan ada jembatan yang melintasi jalan raya, mengarah langsung ke kebun binatang. Namanya jembatan Limpapeh. Lumayan lah buat spot foto..
Thus concludes our journey at Bukittinggi. Kita langsung mengarah ke Danau Maninjau. Sebenernya kita ngga ke danaunya beneran sih, cuma memandangi dari ketinggian aja. Ahh kapan-kapan gue harus beneran ke danau ini! Dan lagi-lagi, gue bisa banget sejam cuma duduk bego memandangi pemandangan luar biasa yang ada di hadapan gue..
danau dari kejauhan
Beres foto-foto dan duduk bego, kita kembali ke Padang. Tadinya mau via Pariaman, tapi berhubung pengen mampir ke Pandai Sikek, balik lagi deh ke arah Bukittinggi. Jaraknya jauhhh, cuma sepanjang jalan gue dihibur dengan pemandangan indah. Seriously, how can Sumbar be so majestic?? This should be their tourism tagline: Majestic Minang, hehe..
cantiiik
Di Pandai Sikek, gue sempat tergoda banget-banget-banget untuk beli songket. Gue nemu satu yang bagussss dan harganya juga sesuai kantong. Tapi guna menghindari pengeluaran tiba-tiba, gue menahan kantong diri. Disini ada toko barang antik, sayang gue lupa namanya. Toko ini jual macem-macem, mulai dari perhiasan, uang kuno, topeng, pernak-pernik jadul, sampai suntiang. I'll definitely come again to this store!
Satu hal lagi yang berkesan dari Pandai Sikek adalah pemandangan. Kita disana saat sore hari menjelang maghrib, jadi ada kabut di pegunungan, udara dingin. Ditambah hamparan sawah dan luasnya langit, bikin anak katro kaya gue dan Atid ngibrit ke sawah foto-foto dan menikmati dunia..
anak kota baru main ke kampung
Akhirnya kita kembali ke Padang, menembus kemacaten di jalan raya Bukittinggi - Padang (ada kecelakaan ckck). Jam 17.30 dari Pandai Sikek, baru sampai di rumah saudara Atid di Padang jam 21.00. Badan udah berasa berlipet-lipet pengen tidur aja. Tapi karena lapar, akhirnya kita keluar dulu sebentar untuk makan di tempat makan yang khas banget: RM Sederhana.. Yea agak antiklimaks yah, gpp yang penting KHAS!
Hari 3: Padang
Eh, not much to tell here.. Menurut gue Padang agak kurang menarik dibandingkan dengan kota lain yang jauh lebih indah di Sumbar. Salah satu yang menarik yaitu pantai Air Manis, lokasi legenda Malin Kundang
MALIIIIN!!! my face is so unflattering tbh
Beberapa hal yang mengganggu gue di pantai ini: 1) fotografer di deket batu malin kundang ini maksa bener, bikin emosi 2) bebatuan yang berbentuk persis seperti tali, roda, puing kapal. Heh yang bener aja ini kapal beneran.. Gue rasa siapapun yang bikin bebatuan ini bertindak terlalu jauh, dengan menyediakan bukti seakan-akan beneran ada kapal yang berubah jadi batu. Keep it low man, batu Malin Kundang aja udah cukup, ngga usah ditambah-tambah lagi.
Yang menarik lain adalah kawasan kota tua dengan bangunan-bangunan tua dan jembatan Siti Nurbaya. Jembatan ini sebenernya menarik loh, bisa jadi tempat sightseeing yang oke asal 1) bersih, dalam arti orang-orang ngga nyampah di sini 2) pemandangan yang dilihat juga oke. Pemandangan sih oke, cuma ya gitu deh, rumah-rumah tua kurang terawat, sungai yang kotor. Sayang sebenarnya. Mungkin pendapat gue akan berbeda kali ya kalau gue kesini di malam hari...
judul: aku dan temanku dalam silaunya mentari (edisi revisi)
Bicara tentang kota tua, di deket sana ada 2 toko es duren: Ganti nan Lamo dan Iko Gantinyo. Gue ngga ngeri perseteruan macam apa yang terjadi sehingga nama 2 toko ini mirip-mirip, tapi setelah mencicipi keduanya (yea I'm curious like that), gue pilih Ganti nan Lamo. Selamat Nti, anda mendapat SUN Valas dari saya :*
uhh yeahh come to me baby
Selain ke tempat dimaksud di atas (berasa nulis memo deh), gue dan Atid ke museum (sayang lagi tutup), ke Shirley beli oleh-oleh layaknya turis mainstream, ke UBH untuk berfoto dengan patung bung Hatta, dan ke mall layaknya anak mainstream. Coba deh, saking bingungnya kita mau kemana, ujung-ujungnya ke mall.. Keliling kota cukup sampai jam 3 sore saja, sisanya siap-siap untuk kembali ke Jakarta.
Jadi gimana Sumatra Barat? Seperti yang berkali-kali gue bilang: MAJESTIC. Ngga cuma obyek wisatanya aja, tapi pemandangan selama di perjalanan juga. This trip has left deep impression for me, and I'm sure for Atid too. We will return for sure!
OOT: sopir selama di Padang juga telah meninggalkan kesan yang dalam dengan pilihan lagunya di mobil. Gue dan Atid jadi nagih sama album Ratu Sikumbang - Pop Remix Terpopuler, plus gerakan handflip para penari latarnya. Hidup Ratu!!
Minggu ini perasaan gue udah kaya grafik tangen: mulai dari zona stress terbawah, naik, naik, dan terus naik menuju infinite happiness (halah)
Btw ini grafik tangen buat yang lupa atau ngga tau how could you not know this graph?? (sumber dari mathsisfun) :
naik, naik, dan terus naik
Jadi semua dimulai dari perintah mentor minggu lalu: makalahnya beres minggu depan ya! Auooo langsung kan gue terjerembab ke jurang stres, iya sih presentasi gue udah beres, tapi laporan gue masi nihil. INI GAWAT!! Langsung dong yaa gue kebut maksimal selama weekend dan Senin, bahkan Senin gue sampai balik cukup malam jam 8. Yelah balik jam 8 doang aja capek.. Iyalah capek, beda zaman bung ma kerjaan gue dulu. Sekarang gue masuk jam 7, jadi bayangin aja 13 jam di kantor memeras otak. Hmmh..
Tapi di hari Selasa, stres gue berkurang karena ucapan mentor yang lain "siapin PPT-nya dulu aja, word nanti aja lagian kan abis presentasi materi bisa berubah lagi". OH INILAH PENCERAHAN!! Langsung dong gue rapiin presentasi gue, kirim saat itu juga ke sang mentor. Selasa pun dihabiskan dengan rapiin file word, dengan perasaan yang jauh lebih tenang. Tapi jadi agak kurang tenang karena begitu sore, gue diminta untuk presentasi Rabu. Jam 9 pagi. Kebat-kebit lah gue, khawatir ngga sempat recheck PPT lagi dan ada yang terlewat. Ehh ternyata, di perjalanan pulang temen gue ngasi tau kalo presentasi diundur jadi jam 4 sore. Woelah kalo begitu, malam ini bisa bobo lucu di rumah..
Hari Rabu berlalu dengan santai. Jujur presentasi ngga jadi concern gue dari pagi, gue masih bisa lalala yeyeye bahkan ikutan maksi di PI (hidup gue mewah gaul). Tegangnya baru berasa pas jam 4, bapak kepala divisi nyamperin gue dan bilang "ci, siapin ya buat jam 4". Jegerrr reality kicked in! Presentasi pun dimulai, disaksikan semua orang yang available di divisi gue. Dan ngga ngerti kenapa, disaksikan temen-temen OJT gue yang lain. Hmm.. Ngga apa deh, bisa diberdayakan jadi juru sorot dan notulen hihi..
Presentasi Alhamdulillah bisa berjalan dengan lancar jaya, pastinya dengan masukan di sana-sini. One thing I learned: gue ngga boleh memfilter saran yang akan gue berikan. Yah sepanjang saran itu ngga terlalu hipster atau radikal-menjurus-anarkis (ngerti kan yaa maksud gue). Anyway it feels good to end my presentation smoothly. Tinggal revisi sama word aja nih gue beresin.
Gue pun merayakan selesainya presentasi dengan mencari tas impian di Semanggi. Ngga nyambung yaa huahaha.. Intinya gue lagi ngidam satu tas, gue udah muter di tiga mall buat nyari, tapi ngga dapet-dapet. Sialnya, gue juga ngga nemu di Semanggi. Tapi nih yaa walaupun gue ngga nemu tasnya, walapun gue ke Semanggi cuma dapet capeknya doang, gue senang. Gue juga heran kenapa. Mungkin karena gue udah segitunya berusaha mencari? Selama ini gue ngga pernah loh mencari barang sampai segitunya. Ini kali yaa yang orang-orang bilang: focus and enjoy the process, not in outcome. Ternyata hal kaya gini baru kerasa applicable (yah paling ngga buat gue) di hal remeh macam mencari tas.
Kamis berlalu cukup lancar. Ini hari yang flat, tanpa apapun yang aneh-aneh. Gue cuma beresin revisi dan diajak meeting. Tapi di sore hari ini, setelah ngobrol di grup whatsapp, gue dapet inspirasi tentang motivasi kerja gue. Boleh dibilang kalo di grafik tangen, posisi hari ini ada di poin 0 sedang berusaha naik ke atas.
Nah Jumat, mendekati weekend, baru deh grafik senang gue melonjak. Diawali dengan makan siang bersama Nuno di Lau Kopitiam, Sarinah. Nah udah lama banget deh sejak gue makan sama nih orang, langsung deh keluar cerita dan gosip. Dan ternyataaa, makanan di sini enak! Porsinya banyak, gue aja ngga sanggup habisin. Recommended lah pokoknya!
kwetiau sapi dan nasi goreng cakalang :9
Malamnya, gue, Tice, Krisna, dan Farhan pergi nonton. Kita ke Blok M Square, nonton Pokun Roxy. Why?? Karena teman kita si Iaz, partner makan siang gue, main film ini. Yes you read it right: temen gue main film. Pretty cool, right? Temen gue, maksudnya. Bukan filmnya haha.. Isi filmnya mostly dada gitu. What can you expect from Nikita Mirzani's film? Tapi untunglah peran temen gue normal, dan dia lucu juga di film ini. Thumbs up for you, yaz!
dedicated to our friend :D
Oke gue akui, sekali-sekali gue kayanya emang butuh nonton film kaya gini. Ngga pake mikir, cukup duduk dan nonton. Yang lucu, berhubung ini film horor, tiga orang temen nonton gue semuanya menutup mata begitu ada adegan hantu. Huahahaha... Yang satu caranya cukup elegan, dengan nunduk main HP. Dua yang lain beneran menutup mata, dengan seruan "aaak gue ngga suka nih! aduhh ngga mau liat!". Dan di tengah mereka duduklah gue, yang nonton sambil ketawa dan membatin "hmm make up setannya agak kurang kece".
Btw, salah satu hikmah pergi nonton ke bioskop antah berantah adalah gue menemukan makanan murah. Sebelum nonton, kita makan dulu di food court Blok M Square. Harga makanan disana dooong, masa ada yaa yang seharga Rp9000!! Wohh bagi gue ini murah banget, gue sampai takjub! Selama ini di kantor, harga makanan aja minimal belasan ribu. Gue jadi mikir, perasaan dulu pas mahasiswa harga makanan gue emang segitu deh. Sekarang aja pas punya duit, harga (sok) ga jadi soal, boros deh makan disana-sini. Hmm gue mesti latihan makan hemat nih dari sekarang...
Jumat pun ditutup dengan balik dianter Farhan ke depan Pejaten Village. Gue dan Kriscuy stranded disana, hujan-hujanan nunggu taksi, Hmmh sebenernya ini bisa jadi romantis loh yaa malam-malam berdua di bawah hujan. Tapi sayang banget gue terjebak sama makhluk galau ini hiks... Ngga apa, ini tetap jadi Jumat yang menyenangkan ko.
Hari Sabtu beneran buat seneng-seneng. Hari ini gue nonton Cloud Atlas. Ini film udah pengen ditonton dari lama, tapi baru sempet kemarin. Ini ceritanya gue mau nonton sama Peter who seems to always be partner nonton lol. Dan yaampun mau nonton ini aja rempong banget! Dari Jumat gue udah cari info bioskop mana yang menayangkan film ini, dan ternyata bioskopnya tinggal dikit dong. Oke rencana awal nonton di Kemang. Hari Sabtu, pas sebelum berangkat ke Kemang, gue iseng-iseng cari info lagi. Ohmenn tetiba filmnya menghilang dari Kemang. Mana si Peter udah jalan. Oke gue telepon doi, doi banting setir ke EX (abang taksinya sih yang banting setir, bukan dianya), gue pun cedih krn naik taksi mahal ke EX padahal udah naik yang tarif bawah (murahan deh). Rempong deh ckck...
sulitnya nonton film ini
Yah jauh ke EX ngga apa, soalnya ini film bagus bangeeet! KECE!! Walau gue sedikit bingung pas di ending (itu mereka kenapa tau-tau ganti planet ya? tadi mereka di atas bukit ngapain sih sebenernya?), tapi kebingungan gue bisa diatasi oleh IMDB hehe.. Ide cerita yang bagus, plus make up para pemain (gue bahkan ngga bisa nebak siapa meranin siapa), dan gambar yang oke, bikin gue yakin ngasi nilai 8,5/10. Dan lagi-lagi yaa, temen nonton gue tipe yang tutup mata begitu ada adegan sadis, sementara gue duduk anteng nonton dengan mulut ternganga "wow" bahka ketawa ngeliat si Peter nutup muka. Gue mulai bingung kenapa gue bisa kebal sama adegan-adegan serem/sadis..
Sepulang dari sini, gue makan eskrim di Coldstone. Ayeyy kesampaian juga setelah ngidam berminggu-minggu! Cuma yaa gitu, begitu gue sampai rumah, migrain gue kambuh. Bener-bener deh migrain ini dateng di saat ngga diharapkan -___-
Sayangnya, hari Minggu karena satu dan lain hal, gue ngga bisa datang ke housewarming party temen gue. It's OK, gue udah cukup senang dengan minggu ini. Gue puas karena semua urusan gue selesai: gue bisa nonton apa yang pengen gue nonton, gue bisa makan apa yang gue ngidam, gue bisa beresin apa yang harus gue beresin, gue bisa ketemu orang yang pengen gue temui, bahkan gue senang bisa berusaha mencari apa yang belum bisa gue temukan. Jadi gini toh rasanya grafik perasaan yang makin membaik tiap hari, rasanya jauuuh lebih baik daripada punya perasaan naik turun macam grafik sinus.
Yah semoga minggu depan bisa jadi lebih menyenangkan lagi :)
Sekarang Minggu malam dan gue lagi idle alias nganggur, nganggur senganggur-nganggurnya gue bisa nganggur, at the point dimana gue bahkan bosen main HP/ipod/gadget lainnya. Baiklah mari kita rekap apa aja yang udah terjadi sama gue selama beberapa minggu ini.
Kerja kerja kerja!
Seperti yang udah pada tau (eh atau belum pada tau?), gue lagi menjalani tahap On The Job Training alias OJT di tempat kerja gue sekarang. Januari-Februari lalu gue udah menjalani OJT di satu divisi, diakhiri dengan presentasi di depan bos-bos. Sebelum presentasi gue tegang, entah kenapa gue tegang banget gue juga ga paham, padahal biasanya gue cukup tenang untuk urusan beginian. Untunglah, presentasi berjalan dengan baik dan ga berujung disaster. Dan mulai bulan ini gue udah pindah ke divisi lain. Ketemu dengan orang-orang baru lagi, nature kerjaan yang baru lagi. Exciting!
Tentang temen-temen kerja, well it's quite fun. Tiap minggu pasti ada satu hari dimana ada acara after office, entah karaokean, makan, atau ngobrol nyampah. Gue udah punya barengan pulang doong, baik pulang via bus/KRL/nebeng mobilnya. Meet Kriscuy a.k.a Krisna. Walaupun dia galau dan sering curhat tiba-tiba, at least dia reliable untuk jadi temen pulang. Euhh not so reliable sih, ada berapa kali gue didepak ma doi karena doi mau pedekate hahah.. Tapi paling ngga, gue ngga mati gaya selama perjalanan pulang yang macet/crowded itu..
when cupu turns into gangsta
Dan meet my lunch team, yang hampir selalu makan siang bareng. Pokoknya kalo jam 11 udah ada gtalk/BBM di antara kita-kita, itu pasti isinya "maksi dimana?". Dan menu maksi juga selalu sama: gue dengan menu lengkap versi jumbo, Iaz dengan nasi merah/roti gandum+kacang merah+makanan sehat lainnya, dan Tice dengan menu lengkap versi diet.
ntar maksi dimana nih??
Oz: The Great and Powerful
Filmnya oke! Ceritanya ringan, gambarnya bagus dan warna-warni, apalagi ditambah kerlingan maut James Franco yuhuuu :D Ngga perlu mikir nonton film ini, cukup duduk dan nikmati aja. Cocok ditonton sama keluarga. Boleh lah dapet 7,5/10.
emo emo I was so emo..
there I said it: I was feeling emo for these several days. Bukan, bukan emo yang duduk meringkuk di pojokan pake eyeliner dengan outfit serba hitam. Lebih ke banyak pikiran aja sih. Pikirannya apa juga ngga akan gue ceritakan di sini. Some things are better left unspoken. Intinya sih, gue ada pikiran dan sempet cediiih, tapi untung sekarang gue (hopefully) udah move on.
My friends, my sanctuary
Beberapa minggu ini gue ketemu temen-temen kuliah yeayyy! Lebih dari sebulan yang lalu gue ke Bandung sama Luthfia dan Tice, main-main mengunjungi Adis dan Septine yang sekarang udah kerja di Bandung. IRI BANGET NGGA SIH MEREKA BISA KERJA DI BANDUNG!! (eeh sabar ci, sabar). Sebenernya agenda kita adalah nemenin Septine yang masi cediiih karena baru putus. Untunglah dia baik-baik aja dan cukup dewasa menyikapi ini semua :) Setelah satu hari sesi curhat, besoknya langsung dilanjutkan deh dengan sesi gosip deh bersama Adis dan Sebr.
pose dulu qaqa
Sekitar 3 minggu lalu pas weekday gue ketemu Luthfi, Mela, dan Dita di Senayan City. Sekali ketemu langsung doong gue dapat 3 kabar hits, mulai dari yang mau nikah, yang lagi hamil, sampai yang mau sekolah lagi. Terus minggu lalu gue ketemu sama Peter, ya ampun sahabar sekali orang ini nemenin gue pelik cari dompet dan rempong cari crocs titipan tante. Dan baru Sabtu kemarin gue ketemu sama geng matrek (minus Widya, sayangnya) plus Nita, Pandya, dan Petra di resto Jala-jala Kuningan City.
azek!
dannn pulang dari Jala-jala, temen gue ada yang jadian doong! HUAHAHAHA... Bisa tebak temen yang mana?;)) ah on a side note: dimsum resto Jala-jala ini recommended deh, obat kangen sama resto Nelayan Medan :D
Beberapa kutipan
"you got someone's love, that doesn't mean you have it" - terjemahan dari lirik Tomorrow - Tablo. Man this is deeeeep!! Menohok! Disini gue akan shamelessly promoting Tablo's album: Fever's End, both Part 1 and 2. You guys should listen to those! Beautifully haunting!
"kamu harusnya fokus ke need-mu, bukan keinginanmu" - ini parafrase dari kata mas Arya di saat gue cerita tentang ke-emo-an gue. Emang si mas ini emang paling reliable kalo urusan logika, bahkan di saat gue curhat jam 2 malam!
Time flies, feeling stays
Sebenernya ini pemikiran gue aja sih. Temen gue yang baru jadian itu, (kayanya sih) yang cowo udah suka dari dulu. Dulunya tuh dulu banget, tahun pertama kuliah deh. Dan kebetulan juga, hari ini di timeline twitter gue ada temen yang curhat-curhat galau ttg perasaan yang masih ada sejak, behold, belasan tahun!! Gue jadi mikir, sebenernya berapa lama perasaan bisa bertahan? Gue paham lah ya kalo orang yang udah nikah, pasti perasaan tetep ada dong, karena perasaan itu udah dijelaskan dalam bentuk yang sejelas-jelasnya: pernikahan. Tapi berapa lama perasaan tetap ada untuk, katakanlah, one-sided love? Atau unspeakable love? Maksudnya perasaan yang sama-sama dialami kedua pihak, cuma ga pernah diucapkan atau ditindaklanjuti like you know, jadian. Lama-lama gue kagum juga dengan hati manusia. Sebenernya kita bisa banget kan memilih untuk melupakan perasaan, but somehow I salute those who choose to keep and to hold on that feeling, even after all these years
Well sekian cerita-cerita dari saya... Lega rasanya setelah nulis disini, apalagi udah lamaaaa banget gue ngga update blog. Nantikan cerita-cerita berikutnya di minggu-minggu mendatang :)
Bulan Desember 2011, gue dan Septine dapat tugas kantor ke Medan dan Makassar. Detail tugasnya ngga usah gue jelasin lah yaa. Langsung ke bagian jalan-jalannya aja hehe.. Gue di Medan tanggal 5-7 Desember, dan di Makassar tanggal 7-9 Desember. Demi kenyamanan bersama, post ini akan gue bagi jadi 2 bagian, dimulai dari Medan.
MEDAN
Hari Pertama
Kita berangkat naik pesawat jam 06.45 dari Jakarta, sampai di Medan jam sekitar jam 09.00. Ini kunjungan kedua gue ke Medan sejak 2010, dan impresi gue saat landing masih sama: ck matek itu motor di bawah deket amat!!Gue bisa kali main lempar-lemparan dari pesawat ma si pengendara motor (lebay). Bandaranya memang di tengah kota sih ya..
Dari bandara, kita naik taksi ke hotel dan mind you, taksinya tidak berargo -___- Entah gue yang ditipu atau emang taksi di Medan kaya gini.. Anyway setelah menghabiskan tarif 50 ribu untuk jarak yang cukup deket (fuuuu!!!!), kita sampai di hotel Inna Dharma Deli. Hotel ini ada di seberang Merdeka Walk, jadi strategis banget. Overall hotel ini memberi kesan "(terdiam bentar) bagus sih..". Hotelnya memang terlihat tua dengan penampakan yang rada suram, tapi fasilitas cukup bagus dan lumayan murah. Best feature: lukisan gatot kaca raksasa di depan piano. Yuhuuu kurang keren apa coba, keluar lift terus ada gatot kaca menatap...
*agak ngeri juga buat foto si Gatot Kaca*
Makan siang pertama gue dan Septine di Medan adalah.. err.. McD :| Jadi ya itu masih jam 10.30, tempat makan yang gue tau cuma Merdeka Walk di seberang hotel, dan jam segitu belum ada restoran lain yang buka. Jadilah kami makan di McD yang masih super sepi. And the food taste weird -___- Lain kali ngga ke McD deh kalo ke Medan.
Beres makan, kita pun cuss ke tempat tugas kantor. Yah yang ini ga usah diceritain lah ya ngapain..
Tugas kantor beres kira-kira jam 4. Gue dan Septine langsung: "horee jalan-jalan!!" Kita naik taksi ke hotel dulu naruh peralatan kerja, dan langsung cuss ke Mi Aceh Titi Bobrok. Tempat makan ini ada di daerah Setiabudi. Gue dulu pernah beberapa kali makan disana pas ke Medan tahun 2010, dan rasanya emang enak, mamah papah sodara sekalian.. Cukup enak untuk bikin gue pengen balik kesana lagi.
laper kan? laper doong.. udah laper aja!
Masalah sebenarnya dimulai saat kita mau pulang. Karena ngga tau naik angkot apa dari Setiabudi ke hotel, gue dan Septine memutuskan untuk mesen taksi. Tapi taksi ini lama sekali munculnya. 10 menit, 15 menit, sampai 30 menit menunggu, taksi tak kunjung datang. Kita yang udah kenyang jadi laper lagi.. Telepon si taksi lagi, dibilang sudah dalam perjalanan. Ah bagaimana ini..
kamu dimanah hai abang taksi??
Akhirnya setelah hampir satu jam menunggu, taksi pun datang. Kita pun pulang ke hotel. Sempat sih ada niat mampir ke Durian Ucok di perjalanan, cuma kita udah keburu lelah menunggu taksi. Lagipula target malam ini adalah datang ke Restoran Nelayan. Abis mandi di hotel, gue dan Septine pun cuss lagi ke Merdeka Walk untuk menutup hari. Sedikit pengantar, Merdeka Walk ini (denger-denger sih) pusat gahul kota Medan. Konsepnya mirip kaya Citos kali ya, isinya sebagian besar restoran tapi tanpa Matahari dan sebagian besar (kalau ngga semua) lokasinya di luar ruangan, alias outdoor. Nice place to hang out!You guys should check this place whenever you come to Medan!
Seperti yang telah gue sebutkan, di Merdeka Walk target utama gue dan Septine adalah resto Nelayan. Kira-kira begini ekspresi kita sebelum masuk resto Nelayan:
laper dan pusing
dan kira-kira begini ekspresi kita begitu selesai makan di resto Nelayan:
jadi cemumud kaka!!
Dimsum di resto ini ya ampuun.. YA AMPUUUN!! Enak banget man! Belum lagi pancake durian. MAAAN!! Gue rela banget lari keliling sabuga tiga kali nonstop untuk mendapatkan pancake ini!(mengingat gue ga suka olahraga, gue literally lari aja udah pencapaian tau!).
ini enak banget mamah...
Founder, owner, and chef of Resto Nelayan, I applaud you all!
Hari Kedua
Hari kedua dimulai dengan sarapan di hotel, dilanjutkan dengan mencari sarapan di luar. Ehm oke kita emang sarapan dua kali... Gue dan Septine pergi mencari sarapan ke jreng jreeeng.. Soto Sinar Pagi. Tahun 2010 gue makan di sini, dan karena rasa si soto yang super enak, gue kembali lagi ke sini :D:D Gue dan Septine pergi kesana naik bentor berdua. Romantis abis kan.. Sebenernya gue rekam perjalanan sepanjang jalan, tapi hasilnya jelek :| yang ada cuma pantat kendaraan, ckck macetnyo Medan..
Setelah melalui perjalanan cukup singkat dari hotel ke jalan Sinar Deli seharga Rp15ribu (huh kirain jauh), tibalah kita di Soto Sinar Pagi. Nah yang bikin gue kagum adalah efisiensi restoran ini. Gue dan Septine langsung dicegat disapa di pintu, dan si bapak pelayan cuma mengucapkan total 4 kata:
Bapak pelayan: (senyum lebar) mau apa?
gue dan Septine: heuh?
Bapak pelayan: (tetap senyum) daging/ayam?
gue dan Septine: daging, minumnya es teh manis
Bapak pelayan : (masih senyum lebar, kali ini dengan gesture silakan masuk)
Gue dan Septine duduk, gerak-gerak pantat dikit nyari posisi enak, dan jreng jreeeng tau-tau dua soto daging lengkap dengan nasi dan perkedel disajikan di meja. Dari dialog sampai makanan tersaji, semua terjadi kurang dari 3 menit!! What kind of sorcery is this???! Semua restoran seharusnya cepat dan sigap seperti ini!
oh yeah soto medan, come to me baby...
Harus diakui bahwa soto medan di resto ini enak sekali saudara-saudara. Enak sekali!! Soto paling enak yang pernah gue makan. Rasanya beda dengan soto-soto di Jawa (wakaka istilah gue berasa gue bukan penduduk Jawa), tapi gue ngga tau bumbu apa yang bikin rasanya beda.
Beres dari sini, gue dan Septine menunaikan misi mencari oleh-oleh. Berbekal ke-sotoy-an kalo bolu gulung Meranti deket dengan soto Sinar Pagi, gue dan Septine pun berjalan menyusuri jalan raya kota Medan. Untunglah kita dibantu oleh peta di BB. Di peta sih keliatannya jalan Kruing (lokasi bolu Meranti) dekat dari lokasi soto Sinar Pagi, tapi ya disusuri ko ngga sampai-sampai ya.. Mana Medan panas banget lagi.
Sampai di Meranti, ngga butuh lebih dari 5 menit buat beli bolu. Yang bikin lama adalah gue dan Septine duduk ngadem dulu, mikir gimana caranya pergi ke Durian House. Kita tau kalo Durian House ini lokasinya di jalan Sekip, yang mana dekat dengan bolu gulung Meranti, tapi kita ngga tau seberapa dekat, atau tepatnya, seberapa jauh. Setelah mengumpulkan tenaga, gue dan Septine berjalan kaki kembali menembus kota. Gue ulang, mana Medan panas banget lagi.
Kita jalan..
Jalan..
Nanya sama mbak-mbak..
Dikejar mbak-mbak buat masuk ke tokonya dia..
Kabur...
Jalan lagi...
Nanya abang-abang..
Jalan lagi dan lagi dan lagi dan lagi dan lagi..
Akhirnya kita sampai juga di Durian House. Hoh jangan percaya orang yang dengan PD bilang "deket mba, 200 meter!!". Pegel bok!! Tapi yah kita sampai dan, Gue dan Septine pun membeli pancake duren. Kita berdua beli sekotak isi 10, harganya 50ribu deh kalo ga salah (CMIIW). Pancake dikemas dengan rapi, bungkusnya dikasi bubuk kopi biar ngga bau duren. Sebenernya toko ini ngga cuma jual pancake duren, banyak juga olahan duren lainnya. Kenapa ya gue sama Septine waktu itu cuma fokus beli pancake doang? Wakaka udah hilang akal kali ya gara-gara kecapean.. Anyway dari Durian House, kita pulang ke hotel. Naik bentor lagi. Kali ini ngga romantis, karena panasnya Medan makin menjadi-jadi.
kita menerjang panas demi kamu, pancake..
Di hotel, kita ngerjain ini itu dulu sampai kira-kira jam 4 sore, lalu manggil taksi. Waktunya berkeliling kota yeay! Pertama kita ke Istana Maimun, istananya Sultan Deli. Ini istana yang bagus sebenarnya. Adem lagi. Cuma gue merasa ada yang kurang ya.. Barang yang dipamerkan mungkin?
karena foto di cermin toilet terlalu mainstream
Dari istana Maimun, kita ke Masjid Al-Mashun a.k.a. Masjid Raya Medan. Masjidnya cantik sekali loh! Kebetulan disana ada guide yang nempel nemenin kita, dia cerita lah tentang asal-usul masjid dan tentang kesultanan di Medan. Gue lupa euy ceritanya. Intinya masjid ini bagus deh, fasilitas juga lengkap. Oia, di masjid ini harus pake busana muslim. Berhubung gue pake celana 3/4 dan kaos tapi bawa pashmina, jadi lah gue berpenampilan gagal..
my outfit was such a failure..
matahari terbenam, hari mulai malam
Beres keliling Masjid, gue dan Septine request sama si abang taksi untuk dianter ke tempat makan makanan asli Medan. Si supir taksi membawa kita ke rumah makan, gue lupa namanya apa. Lokasi di deket jalan Sisingamangaraja. Bentuk rumah makan ini mirip rumah makan Padang, cuma kali ini namanya rumah makan Padang Sidempuan. Tempatnya kecil, ngga ada AC, tipikal rumah makan rakyat. Tapi yang makan disini rame. Pelayanannya mirip dengan di RM Padang, jadi semua makanan ditaruh di meja kita, kita tinggal milih
kenyang
Makanannya mirip sama makanan Padang, Gue ngga tau nama makanannya apa aja, tapi kebanyakan bersantan dan yang jelas enak :9. Yang juara si gulai ikan, uhh bayangin aja udah bikin gue laper :9:9:9 Harga makanan juga ngga mahal. Recommended nih tempatnya!
Acara hari ini pun diakhiri dengan pulang ke hotel. Malam ini gue dan Septine packing dan istirahat, karena besok kita harus cuss pagi-pagi buta ke Makassar. Khusus hari ini, big thanks untuk bapak supir taksi yang udah nemenin muter-muter dari sore, dan nunjukin tempat makan yang enak!
Medan - Makassar
Gue dan Septine berangkat ke bandara Polonia jam 5 subuh, naik taksi seharga 35ribu dari hotel. Biasa, harga nego bukan argo.. Jadi hari ini kita terbang dulu ke Jakarta pake flight pagi, bengong-bengong dulu di bandara Soetta, dan terbang lagi ke Makassar. Pesawat yang gue naiki, sebut saja Garuda (nama sebenarnya), rupanya agak bermasalah. Udah hampir take off, tau kan ngebut di landasan, eeh tau-tau berhenti. Terus muter, balik lagi ke gate. Ternyata oh ternyata, si pilot memberi pengumuman dengan suara ngos-ngosan "para penumpang (hhh).. mohon maaf penerbangan Anda tertunda (hhh).. dimohon tidak meninggalkan pesawat (hhh).. blablabla.. (hhh)"
So I guessed maybe there was something wrong. Gue pun menunggu dengan sabar di pesawat. Sejam kemudian si pilot kembali mengumumkan (kali ini udah ngga ngos-ngosan) "para penumpang, mohon maaf saat ini kita harus menunggu surat keselamatan penerbangan...". Oke kali ini ekspresi gue udah :O entah kenapa "surat keselamatan penerbangan" terdengar seperti "kalo tadi kita jadi terbang, lo semua udah ga selamat!" di pikiran gue..
Untunglah, setelah itu pesawat gue terbang dengan lancar dan tiba dengan selamat di Makassar. Bandara di Makassar bagus deh, tempatnya di luar kota, dikelilingi bukit (atau gunung ya itu?). Di bandara, gue dijemput oleh perwakilan kantor (yang bingung krn gue telat dan ga bisa dihubungi, maklum HP mati selama di pesawat, maaf mas >.<) dan diantar ke hotel. Gue dan Septine nginep di hotel Denpasar, di seberang mall Panakkukang. Hotelnya kecil sih, tapi bersih dan fasilitasnya lumayan lengkap. Sayang gue dapet kamar yang ngga berjendela..
Malam itu, gue dan Septine udah teler karena bangun subuh buta dan lama di jalan, jadi kita ngga kemana-mana. Cuma ke mall Panakkukang cari makan malam. Gue pesen pallubasa. Dan sumpah, gue ga inget rasanya kaya apa. Gue bahkan ga inget rasanya enak atau ngga. Mungkin karena: (1) rasanya biasa aja jadi mudah dilupakan, (2) malam itu kepala gue udah sakit jadi gue udah ga inget apa-apa lagi.
jadi rasa pallubasa kek gimana ya?
Sisa malam pun kita habiskan dengan muter sebentar di mall Panakkukang ("ini mall ko kecil ya?" demikian pemikiran teler naif kami di malam itu), dan pulang bobo nyenyak di hotel..
Makassar
Hari Pertama
Hari pertama di Makassar! Beres sarapan, gue dan Septine langsung cuss menyelesaikan urusan kantor... Again, urusan kantor ga usah gue ceritain lah ya..
Siang hari, gue dan Septine akhirnya bisa pergi. Kita pergi melewai mall Panakkukang, inget waktu gue bilang mall ini keliatan kecil? Itu pemikiran naif sodara-sodara! Pas berangkat naik taksi, ternyata mall ini menyambung hingga ke seberang jalan. Intinya, jauh lebih gede dari yang kita lihat semalam. Maafkan aku mall Panakkukang telah menganggapmu remeh..
Anyway, berbekal pengetahuan tentang Makassar yang kita dapat dari teman-teman, tujuan pertama kita adalah konro bakar Karebosi. Tempatnya biasa banget, di ruko dan ngga berAC. Tapi yang makan banyaaak banget, apalagi sekarang waktu gue kesana pas lagi jam makan siang. Makanan ini.. sungguh enak, dan sungguh membuat kenyang...
makanan surga
Sumpah ini makanan enak banget, apalagi buat para penikmat daging. Lokasinya sih mudah dijangkau, harga ngga mahal-mahal banget (seinget gue sih 20-30ribuan, CMIIW). Wajib didatangi kalau berkunjung ke Makassar!
Beres dari sini, gue dan Septine pergi mengunjungi benteng Rotterdam. Di sana kita pakai jasa pemandu untuk mendampingi. Sayang waktu itu Benteng ini sedang direnovasi. Ngga apa, masih bagus ko. Jadi Benteng ini tadinya dibangun oleh kerajaan Gowa (CMIIW) pada abad ke-16, dan akhirnya jatuh ke tangan Belanda. Makanya arsitektur Benteng ini jadi "Belanda" banget. Kata guide gue, duluuu banget, benteng ini pas ada di pinggir laut. Sekarang, dari Benteng ke laut ada kali 10 meter..
Gue suka Benteng ini, karena masih terawat dengan baik. Lokasinya juga mudah diakses, cuma sekilo-dua kilo dari pantai Losari. Cuma gue ngga gitu tau sih tentang konten di Benteng, karena waktu itu banyak gedung yang ditutup karena direnovasi. Tapi bentuk luar Benteng ini masih bagus ko. Gedung masih asli peninggalan Belanda, bahkan denger-denger tembok luar benteng masih asli sejak dibangun. Ohya, disini juga ada ruangan tempat pengasingan pangeran Diponegoro. Sayang waktu itu ruangannya ditutup. Terus ada juga penjara bawah tanah, yang konon pernah jadi tempat shooting Uji Nyali/Uka-uka/sejenisnya. Menarik kan? Iya kan? Iya dong...
tembok dan pintu masuk benteng
tampak depan
Kalau kita di atas tembok benteng, kita bisa melihat laut. Coba deh kalo kesana: bayangin lagi suasana perang dengan kapal-kapal VOC di laut dan meriam ditembakkan dari benteng. Feelnya dapet nih, bakal lebih dapet lagi kalau di luar benteng ga ada jalan raya :D
permintaan spesifik dr si guide utk menaruh tangan di batu itu
Puas keliling Makassar, kita pergi ke benteng Somba Opu. Tempat wisata ini lumayan jauh dari benteng Rotterdam, ada kali ya 30-45 menit perjalanan. Tapi, sebelumnya, saya harus mengaku dulu.. hiks..
the meme says it all
Jadi, gue dan Septine kesana naik taksi. Berhubung kita cape kepanasan abis keliling benteng Rotterdam (entah emang cape atau males), selama di Somba Opu kita cuma berkeliling naik taksi, ngga turun sama sekali. Paling taksi berhenti sebentar, buka jendela, terus kita foto-foto deh dari dalam taksi. Nah selama berkeliling, entah kenapa gue ga lihat ada benteng sama sekali. Terus apa dong yang gue lihat?
apakah aku di Toraja?
dimanakah aku??
Jadiii ternyata Somba Opu ini mirip kaya Taman Mini, dengan banyak rumah adat khas daerah di Sulawesi Selatan. Ada dari Toraja, Luwu, dan lain-lain gue lupa :P sebenarnya ini bakal menarik banget sih kalau rumah-rumah adat itu tampak terawat, bukan tertutup atau ada jemuran baju di depannya. Gue ngga tau apakah di tiap rumah adat ada informasi kebudayaan atau ngga, tapi semoga aja ada biar keberadaan rumah adat itu bener-bener berguna.. Nah yang gue agak bingung adalah, kalau Taman Mini kan relatif mudah diakses dari kota. Kalau lokasi si Somba Opu ini tampaknya berada di daerah yang lumayan sepi. Seinget gue sih disana sedang dilakukan pembangunan Water Boom, jadi semoga nanti-nanti daerah ini akan rame dikunjungi. Akan sangat baik kalau Somba Opu bisa jadi situs budaya yang bener-bener bisa diberdayakan dan dimanfaatkan masyarakat, bukan sekedar pajangan aja...
Dari benteng Somba Opu, gue dan Septine melanjutkan perjalanan ke pantai. Sopir taksi pun membawa kita ke pantai Akkarena. HEEEY, AKKARENA!!HEY!! (sorry I can't help it :P). Pantainya oke loh, fasilitas wisata dan umumnya lengkap, tiket masuk juga relatif murah, seinget gue sih Rp10 ribu saja. Sayang kita disana pas cuaca lagi mendung dan berangin, tapi ngga apa. Ini bukan pantai pasir putih laut biru sih, kita aja yang lagi pengen mantai memandangi ombak merenungi kehidupan...
nice beach
anginnya ngga nahan brooo
Dari pantai Akkarena (HEEEY, AKKARENA!! HEY!!), gue dan Septine lanjut ke icon kota Makassar yang ga boleh dilewatkan: Losari. Btw, pantai Akkarena ini ada di wilayah Metro Tanjung Bunga, dimana ada Trans Studio juga. Pak sopir taksi cerita kalau sejak Trans Studio dibangun di Bandung, jumlah pengunjung Trans Studio Makassar jadi berkurang. Katanya sih dulu banyak orang luar negeri yang main kesana. Trus cerita pak sopir taksi lagi, kawasan Metro Tanjung Bunga itu tadinya laut. Kemudian dengan pembangunan yang gila-gilaan, jadi daratan deh. Keliatan sih ada beberapa kawasan di pinggir jalan yang masih hutan bakau bahkan laut. Yah semoga pembangunan kawasan itu udah memerhatikan dampak lingkungan deh yaa..
Jarak pantai Akkarena (HEEEY, AKKARENA!! HEY!!) ke Losari ngga jauh, paling 10-15 menit bermobil. Kita sampai disana baru jam 4, belum mulai sunset tapi suasana udah mulai ramai.
the famous Pantai Losari
mejeng dulu kaka!!
haai ibu Septine!
masi ada yg jualan di tempat kek gini -___-
Terlihat jelas dari pantai Losari adalah pulau Kayangan, yang denger-denger sih cukup bagus bahkan kita bisa snorkeling disana. Penyeberangan ke pulau ini ada di dekat fort Rotterdam. Gue udah berencana nih besok pagi sebelum flight ke Jakarta, gue mau kesana melihat-lihat isi pulau, sayang ngga kesampaian. Nanti gue ceritain sebabnya.
Anyway, di pantai Losari kita foto-foto dulu, dan beranjak jalan kaki ke RM Lae-Lae. Menurut rekomendasi mamahnya Septine, tempat makan ini enak. Lokasi masih di kawasan pantai Losari juga, tinggal nyeberang jalan, jalan kaki dikit, sampai deh. Jadi si RM Lae Lae ini resto seafood, dengan sistem pilih sendiri hewan lautnya, rekues masak, apa, dimasakin deh.. Gue dan Septine mesen cumi mentega dan ikan bakar.
met makaaan!!
Soal rasa: enyaaak gue sampai terharu T__T sebenernya yang paling nampol adalah sambelnya, resto ini ngasi 3 jenis sambel. Gue lupa jenisnya apa aja, tapi seinget gue yang paling enyak adalah sambel mangga. Trus harga di resto ini juga cukup sebanding dengan kualitas makanan. Gue ma Septine makan kalau ngga salah sih Rp100 ribuan saja. Lumayan banget kan? Kalau ke Makassar, coba aja makan disini.
Beres makan, gue dan Septine kembali ke pantai Losari menikmati sunset. Cantik deh sunset disini!
night came to Makassar
pretty sky
Dari Losari, kita kembali lagi deh ke hotel. Tidak lupa sebelumnya gue membeli pisang epe, yaitu pisang bakar dikasi gula merah cair. Enak loh sodara-sodara! Pas pulang, ngga jauh dari Losai kita melewati jalan yang merupakan pusat oleh-oleh di Makassar. Pengen sih beli kain, cuma lagi ngga bawa duit sih jadi batal deh.. Duh sayang gue lupa nama jalannya apa, cuma pasti tiap sopir taksi di Makassar tau.
Sampai di hotel, gue dan Septine langsung beres-beres karena besok siang kita kan kembali ke Jakarta. Septine sempet ketemuan dulu sama temennya yang jadi polisi di Makassar (teman-teman nih anak emang tersebar dimana-mana, dan pekerjaannya rata-rata hardcore bok! Gegana!! Polisi! Ajudan jenderal! Hormat grak dulu ke Septine!). Balik abis ketemuan, Septine membawa berita: besok mau ada demo mahasiswa, jadi sebaiknya kita pergi dari hotel pagi-pagi sekali. Karena menurut si temennya Septine (dan yang sayangnya sering kita lihat di TV), demo mahasiswa di Makassar bisa sangat hardcore: nutup jalan, bakar ban, dan bikin macet gila-gilaan. Yah batal deh rencana gue main ke pulau Kayangan pagi-pagi...
Hari Kedua
Gue dan Septine ngga banyak menikmati hari kedua di Makassar karena kabar demo yang kemarin kita terima itu. Jam 7 kita udah cabut dari hotel, naik taksi yang telah dimodif sedemikian hingga gue agak bingung sama kepribadian si abang taksi. Mari kita bandingkan. Abang taksi: gondrong, kumisan, pendiam, kurus kecil, tapi tipe yang ngga bisa dicolek sembarangan, sebelas-dua belas deh sama Mad Dog di the Raid. Taksi: kotak tisu beludru pink, banyak gantungan di spion, dan cover setir bertuliskan Mama. Agak kontradiktif sebenarnya...
Pertama gue dan Septine jalan ke Otak-otak ibu Elly, beli oleh-oleh. Seinget gue lokasinya di jalan Kijang. Disini selain jual otak-otak, juga jual berbagai jenis makanan lain yang gue ngga tau jenisnya apa, bahkan gantungan-gantungan kunci dan barang-barang kerajinan lain juga dijual. Harga otak-otak sih seinget gue antara Rp2500-3000 per buah, kita bisa beli 10, 20, 50, kelipatan lah. Cuma otak-otaknya masih mentah, jadi kalau mau dimakan perlu dimasak dulu. Tempat ini rame loh, gue dateng hari Jumat pagi tapi udah lumayan antriannya. Untung pelayanannya sigap.
Dari sini, kita cuss makan coto Gagak rekomendasi dari banyak orang. Lokasinya ya di jalan Gagak (Makassar tampaknya hobi ngasi nama binatang jadi nama jalan). Pelayanannya ngga jauh beda sama resto di Medan, bahkan yang disini ngga mengucapkan sepatah kata pun. Gue dan Septine masuk restoran, duduk, dan didatengin pelayan.
Pelayan: (tersenyum lebar)
Gue: ??? (memandang bertanya-tanya)
Pelayan: (tersenyum makin lebar, bikin gestur menunjuk ke arah menu)
Gue: coto makassar dua sama teh botol
Pelayan: (masih senyum, mengangguk, balik badan, dan pergi dengan sigap)
Wakakaka super efisien sekali pak pelayan!! Makanannnya juga cepet datengnya. Dan rasanya.. rasanyaa.. T___T ini ENAK banget mamah!! Mirip-mirip kaya yang biasa dibuat tante gue, cuma terasa lebih banyak bumbunya. Harganya juga murah, seinget gue sih cuma Rp10 ribu++ seporsi.
another makanan surga
Kenyang makan, gue dan Septine lanjut cuss ke bandara, masih ditemani pak sopir tampang Mad Dog jiwa dangdut. Dengan sampainya gue dan Septine di bandara, berakhir sudah petualangan kita di Makassar. Kita pulang kembali ke Jakarta, setelah sempat mati gaya nunggu berjam-jam gara-gara kepagian datang ke bandara.. Untuk orang yang pertama kali datang ke Makassar, menurut gue kota ini menyenangkan, dan udah sangat-sangat maju dan besar, walau tata kotanya agak kurang rapi (yah seperti kota-kota besar lain di Indonesia sih). Pertanyaan gue adalah kota ini mau dibawa menjadi apa ya? Kota dagang? Wisata? Industri? Kuliner? Metropolitan? Anyway apapun jenis kotanya, gue mau banget balik lagi ke kota ini, mencari kuliner yang belum sempat gue makan, ke tempat yang belum gue datangi, bahkan kalau perlu pergi ke daerah lain di Sulsel seperti Toraja atau Bantimurung.