Sebenernya gue ke Belgrade hanya demi bisa naik kereta Belgrade - Podgorica, yang konon digadang-gadang sebagai salah satu rute paling scenic se-Eropa. Makanya untuk Belgrade itin gue super sederhana:
Jumat 28 Juni:
berangkat naik bus dr Ljubljana
Sabtu 29 Juni:
sampai di Belgrade
boci di hotel
beli tiket kereta
free walking tour Belgrade
nongkrong geje di city center
Minggu 30 Juni:
cuss naik kereta ke Podgorica
Tapi ternyata Belgrade melebihi ekspektasi ku! Sungguh gue menyesal hanya menghabiskan 1 malam di sini.
Tadinya mau ke Belgrade dari Ljubljana hari Sabtu, 29 Juni pagi-pagi. Gue kira bisa naik kereta, atau kalaupun naik bus paling 5 jam doang. Eh taunya jarak Ljubljana dan Belgrade itu jauh :) bahkan melintasi Kroasia :) ngga ada kereta langsung :) naik bus kurang lebih 8 jam :) betapa gue harus lebih peduli sama geografi sebelum sotoy bikin itin :)
Info penting tentang bus: gue ga nemu stop kontak di bus ini, dan ada biaya tambahan 1 Euro kalau bawa bagasi.
Gue berangkat hari Jumat 28 Juni, berangkat jam 22.30 dari Ljubljana. Lumayan bisa hemat biaya hotel semalam. Lewat jam 12 malam, gue masuk ke wilayah Kroasia. Turun dulu dari bus demi ngecap paspor. Bus berangkat lagi dan gue pun tidur-tidur ayam, sampai sekitar jam 4 subuh gue turun lagi kali ini buat border control Serbia. Jam 6.30 pagi tanggal 29 Juni, sampai lah gue di terminal bus Belgrade dengan super ngantuk dan kaki kaku akibat ketekuk semalaman.
Turun dari terminal, gue nuker uang dan celingukan cari transport ke hotel. Gue tadinya mau naik Uber, namun setelah gue buka Uber, muncul lah notifikasi "Uber is currently unavailable in your location.". Panik. Gue gugling info taksi di Belgrade, dan semua link yang gue buka bilang hati-hati naksi di Belgrade karena scam. Makin panik. Ditambah google maps ngga nunjukin rute angkutan umum. Panik level dewa.
Gue gugling lagi, dan muncul lah info transport yang reliable: ada app ride sharing kearifan lokal Serbia bernama CarGo. Namun karena internet gratis hanya sampai di level 2G, ku tak bisa download app tersebut... Di titik ini gue udah hopeless sama transport. Menurut gmaps, terminal ke hotel bisa ditempuh dalam kurang lebih 30 menit.
Not bad gue pikir, jalan aja deh gue sekalian ngelemesin kaki.
Akhirnya gue jalan kaki geret koper ke hotel, melintasi jembatan (jembatannya segede jembatan Pasupati btw) dan taman luas (melewati rombongan bapak ibu lagi olahraga pagi). Gue rasa commuters/bapak ibu Belgrade juga bingung ngeliat gue: "ni kenapa pagi-pagi ada mba-mba kerudungan geret koper? Abis diusir mertua apa gimana??". Sama dong gue juga bingung sama diri gue sendiri... Ada kali 40 menit gue jalan geret koper ala
cross country. Kaki gue bukannya jadi lemes tapi jadi makin tegang.
|
bad judgement on my part |
Jadi jangan ulangi kesalahan ku yang gengs.
Download lah CarGo sebelum sampai ke Belgrade!
Kembali ke topik, sesampainya di hotel gue langsung download CarGo. Jujur gue udah males naik transportasi umum karena males cari info rute. Dan CarGo ini emang super reliable yah. Mobil mudah didapatkan, aplikasinya
easy to navigate, dan secara harga juga ga mahal. Cuma app-nya agak suka-suka: kadang pake bahasa Inggris, kadang pake bahasa Serbia. Masih bisa dipahami sih, kalau familiar sama Uber bisa lah menerka-nerka arti bahasa setempat... Yang jelas, gue kemana-mana di Belgrade pake CarGo dan aman-aman aja. Laffff!
|
kearifan lokal yang patut dijaga dan dilestarikan |
Hotel
Gue nginep di
Green House Hostel yang direkomendasikan oleh suatu blog (gue lupa apa). Lokasinya agak jauh sih dari pusat keramaian, mungkin kalau gue ke Belgrade lagi gue akan nginep di hotel yang dekat ke
city center. Tapi sungguh jarak jauhnya terbayar dengan ketenangan dan pemandangan:
|
sungai di belakang hotel |
Cakep kan? Kalo kata temen gue N, damai buat merenung dan nulis-nulis (kalo dipikir-pikir, kalo merenung hasilnya cuma 2: dapet pencerahan atau jadi saddd). Udah gitu
host gue juga baik banget,
check in harusnya jam 1 tapi walau gue dateng kepagian, katanya wes gpp masuk kamar aja dari sekarang. Rate kamarnya pun murah. Gue pesen kamar single, eh dapetnya kamar dengan 3 tempat tidur. Nyaman pula. Sungguh ku tak menyesal walau ku
cross country tuk mencapai hotel ini.
Belgrade in a hindsight
Karena gue buta tentang kota ini, ditambah gue lagi males mikir, gue ikutan
free walking tour. Lumayan banget 2 jam keliling-keliling dan diceritain tentang kota ini. Ada beberapa tempat menarik bagi gue selama tur:
Skadarlija atau Bohemian Quarter, ini jalan yang konon paling hitz, kanan kiri dipenuhi oleh restoran, kafe, galeri... Suasananya juga super
chill. Anak indie pasti bahagia kalo ngopi sore di sini.
|
sepanjang Skadarlija |
|
menunggu si abang |
Belgrade fortress, yang awalnya dibangun sejak jaman Romawi!! Karena letak benteng ini di atas bukit, gue bisa lihat panorama kota. Bahkan gue bisa melihat aliran sungai Sava menyatu dengan sungai Danube. Di sepanjang benteng juga banyak orang duduk nongkrong walau matahari lagi terik.
|
benteng takeshi Belgrade |
|
pertemuan dua sungai |
|
anak nongkrong Belgrade |
Knez Mihailova street, jalan di city center yang dipenuhi oleh toko-toko dan hanya untuk pejalan kaki. Kalo di Vienna, mirip-mirip jalan di sekitaran Stephansplatz. Yah tipikal jalan-jalan pusat keramaian dan perbelanjaan di Eropa lah. Cuma di Belgrade, toko-tokonya ngga seborju itu. Suasananya juga
less touristy tapi tetap ramai.
|
keramaian |
|
suasana sore |
|
National Museum of Serbia |
Kalo disuruh milih satu tempat paling berkesan, gue akan pilih
Skadarlija. Sangat chill... Sebenernya ada satu lagi yang nda bisa dilewatkan kalo di Belgrade:
church of Saint Sava, gereja ortodoks kedua terbesar di Eropa. Baca-baca sih dalemnya bagus dan beneran gede banget. Sopir CarGo gue pun rekomen tempat ini. Cuma sayang waktu itu gue lagi super mager, letak gerejanya kaya 30 menit jalan kaki dari
city center. Dipikir-pikir gue nyesel sih ngga ke sana hiks...
Buat kuliner, yang berkesan bagi gue restoran yang namanya
Manufaktura. Sumpah yah Manufaktura ini
instagrammable abis. Dan walaupun
fancy, tetep aja murah! Gue makan minum ngga nyampe 10 Euro. Bahagia deh!
|
cevapi |
|
jendela restoran |
|
outdoor dining area |
Oh satu lagi yang berkesan: di tengah musim panas menyengat, ditambah pula dengan serangan
heatwave di Eropa, Belgrade tetep adem!! Yah adem dalam artian suhu sekitar 27 derajat sih, tapi itu JAUH lebih baik dari kota-kota yang sebelumnya gue kunjungi (yang selalu di atas 32 derajat huhu sedih...). Kayanya ini kota pertama selama trip dimana gue sanggup pake celana jeans, bukan celana linen.
Kata
guide gue, walau Belgrade ngga seterkenal kota-kota lain di Eropa, namun kota ini punya
charm tersendiri. Gue rasa pernyataan dia ada benarnya, walau gue ngga bisa mendeskripsikan
charm apa yang dimaksud. Mungkin kotanya kaya Jakarta kali yah, siapa sih turis yang mau ngabisin waktu lama-lama di Jakarta? Tapi begitu kena
charm-nya Jakarta, pasti bakal pengen tinggal lebih lama di sini buat menjelajah lebih jauh. Kira-kira itu yang gue rasain terhadap Belgrade. Gue kaya pengen balik lagi demi bisa ke gereja St Sava, nongkrong di Skadarlija, nonton teater, ikutan tur tentang perang, masuk museum, bahkan buat duduk bego di Knez Mihailova.
Kereta Belgrade - Podgorica
Seperti yang gue bilang di atas, rute kereta ini konon
salah satu yang paling scenic di Eropa. Semacam Orient Express versi
rustic kali yah. Sebenernya jalur lengkapnya adalah dari Belgrade di Serbia ke Bar di Montenegro. Diresmikan di di tahun 1976 di era presiden Yugoslavia bernama Tito (kalo lupa coba cek lagi buku RPUL jaman SD), jalur kereta sepanjang 476 km ini sangat ambisius pada jamannya
dengan 435 jembatan dan 254 terowongan. Sebagai engineer iseng-iseng
™, tentu gue ga mau melewatkan kesempatan mencoba rute mahakarya
engineering ini (nyambung). Yha selain itu gue juga naik ini juga
for the sake of adventure sih.
Berhubung gue
ngga belum sanggup naik Orient Express, dan karena jalur ini paling murah dibanding rute
scenic yang lain, gue naik kereta ini dulu aja deh. Itu pun bukan rute penuh ke Bar, tapi gue turun di Podgorica, ibukota Montenegro. Mempertimbangkan tujuan utama gue di Montenegro adalah Kotor, dan gue males lama-lama di kereta, jadinya gue turun di Podgorica aja nanti lanjut bus ke Kotor. Sebenernya ada bus langsung dari Belgrade ke Kotor, bahkan waktu tempuhnya lebih cepat dibanding kereta. Tapi sekali lagi, jiwa bertualang dan
engineer (tetep) gue lagi membara, jadi gue memilih naik kereta ini.
Sayangnya tiket ngga bisa dibeli online, jadi gue harus beli di stasiun di Belgrade. Belinya pun bukan di Belgrade Centre Station, tapi di stasiun kecil yang namanya Topcider. Masih di kota Belgade sih cuma di selatan, agak jauh dari
center. Berangkat pun dari stasiun ini.
Ticket office stasiun Topcider terpisah dari bangunan utama stasiun, jadi dari bangunan utama menghadap ke rel, belok kanan lalu ikutin rel sampai ketemu bangunan bertuliskan
ticket office. Gue beli tiket keberangkatan hari Minggu, 30 Juni jam 9 pagi.
|
Stasiun kecil. Bangunan putih di kanan itu ticket office. |
Kalau mau naik kereta ini,
jangan lupa bawa bekal. Sebenernya ada bar di kereta, cuma menu makanan cuma 3 (itu pun sandwich semua) dan yang ngga haram (sandwich keju) pun habis. Ngga bawa air pun masih ngga apa karena bar kereta punya semua jenis minuman: mulai dari air minuman, soda, kopi teh, sampai segala bir. Yang penting adalah bawa makanan biar ga kelaperan selama 10 jam!
Karena ini kereta jadul, jadi sistem duduknya masih kompartemen. Satu kompartemen diisi 6 orang. Fyi gengs, kursi terbaik adalah
kursi yang menghadap ke depan paling kanan, karena pemandangan bagus sebagian besar ada di sisi kanan kereta. Kebetulan gue dapet kursi ini yuhuuu!! Kayanya sih suka-suka aja mau duduk dimana, plus penomoran kursi di dalem kompartemen juga ngga jelas.
Story time: pas gue masuk kompartemen gue, udah ada 3 cewe dedek-dedek yang duduk di samping jendela dan di tengah menghadap depan. Mereka bilang terserah duduk dimana aja. Belum sempet gue duduk, masuklah 2 mas-mas ke kompartemen.
mas-mas 1: sori itu kursi kita (nunjukin tiket)
dedek 1: ngga ada nomor di kursi
mas-mas 1: (jadi ketus) tapi itu kursi nomor 75 dan 76
dedek 2: bisa jadi 75 76 yang ujung deket pintu
mas-mas 1: (wajahnya menjurus murka, ngecek ke kompartemen sebelah) ngga, itu bener kursi 75 76 yang di deket jendela
mas-mas 2: (mukanya udah jengah)
dedek-dedek: (saling berpandangan)
gue: (khas orang timur pada umumnya hanya diam mencari aman)
Akhirnya dedek-dedek itu ngalah. Mas-mas itu duduk di deket jendela, dan gue duduk di kursi paling kanan menghadap depan. Muahahaha seandainya mas-mas itu tau ini kursi dengan pemandangan terbaik....
|
keretanya nih |
Oke gue akui keretanya tampak tak meyakinkan,
but it's a part of its charm right?? Lagian itu luarnya aja ko, dalemnya walau jadul tapi lumayan lah. Pake AC juga walau ga dingin-dingin amat. Toilet juga masih oke, walau gue menyarankan bawa tisu antiseptik buat ngelap duukan kloset sebelum dipakai. Tapi jangan lupa power bank, karena ngga ada stop kontak di kereta. Sinyal gue pun timbul tenggelam selama perjalanan.
|
gerbong kelas 2 |
No comments:
Post a Comment