Saturday, July 20, 2019

curhat panjang lebar

Kaya yang gue bilang di beberapa post sebelum ini, gue merasa gloomy sesaat sebelum berangkat liburan ke Eropa. Gloomy kenapa ngga usah diceritain lah ya, some things are better left unspoken. Gue inget banget perasaan gue di airport saat mau berangkat. Harusnya gue senang karena akan berangkat liburan, tapi perasaan gue malah campur aduk: senang, excited, sedih, bersyukur, lega. Semua perasaan tersebut, ditambah dengan hal yang gue alami pagi-pagi, bikin gue merasa overwhelmed. Waktu itu gue ngga mau menganalisis perasaan gue, gue milih untuk mikir ke depan baiknya gimana. Sayangnya, gue ngga tau ke depan akan kaya apa. Tapi somehow gue yakin yang gue alami di quarter lalu,  atau bahkan setahun kemarin, akan membawa gue ke jalan yang baik. Jalan yang baik kaya apa? Di titik ini gue udah terserah Tuhan aja. Karena apapun yang gue harapkan, pasti yang terjadi akan lebih baik. 

Kalau hanya mengandalkan Tuhan, terus gue harus usaha apa? Jujur gue ngga tau. Gue inget omongan salah satu orang yang paling gue adored (what would I give just to say hi to him): just do what you think is right. Gue rasa setiap manusia selalu tau ko apa pilihan yang benar, walau keraguan atau kesulitan selalu hadir. Gue hanya perlu menjalani pilihan yang gue anggap benar, terus dan terus dan terus, sampai gue mendapatkan jawaban, atau sampai gue mengubah hal yang gue inginkan.

Gue merasa lebih baik setelah mikir itu, sampai akhirnya gue di Vienna, gue merasa overwhelmed lagi. Kali ini bukan oleh mixed feeling, tapi gue merasa sangat sangat berat. Gue merasa kaya gitu terakhir kali mungkin 2 tahun yang lalu? Sekarang bahkan gue ngga tau kenapa tetiba gue merasa sesak lagi. Gue sampai harus berhenti sesaat di suatu museum, narik napas panjang, dan sugesti "gue ga tau kenapa nih feeling muncul, tapi lu harus nerima kalo ini yang lu rasakan". Intinya gue meyakinkan diri untuk menerima perasaan sendiri dan sama sekali ngga aneh untuk merasa kaya gini. Lumayan lah liburan gue jadi tenang.

Gue pikir balik liburan, suasana akan aman nyaman tenteram. Tapi baru beberapa hari lalu gue merasa overwhelmed lagi, kali ini lebih kompleks. Mulai dari sedih, komplain "ko jadi kaya gini sih" yang sepaket dengan mengandai-andai "harusnya kan bisa kaya gitu", bertanya-tanya "ah elah ginian aja dipikirin" yang sepaket dengan ngetawain yang bikin pelik, sampai lega "yang penting gue udah melakukan hal yang benar". Kali ini perasaan overwhelmed cuma sesaat, karena gue mikir yaudah toh semua perasaan tersebut valid. Emang itu yang gue rasain ko, mau diapain lagi...

Untung ya hati diciptakan Tuhan, kalo dibuat manusia mungkin udah meledak karena menampung segitu banyak emosi. Untung juga Tuhan menciptakan akal yang bisa dipakai untuk menganalisis kenapa semua emosi tersebut muncul. Dan di titik ini, analisis adalah satu-satunya hal yang bisa gue lakukan.

Jadi deh lagi-lagi gue pergi ke taman, duduk mikir sambil nyeruput mango dragonfruit-nya Sbux ukuran large (Chicago gerah cuy). Akhirnya gue tau root cause kenapa emosi-emosi tersebut muncul. Tapi gue ga bisa serta-merta bikin action plan, karena jujur gue ngga tau harus ngapain. Lagi-lagi gue cuma bisa terserah Tuhan aja. Bisa jadi root cause gue diatasi dengan hal di luar nalar. In a mean time, gue jalanin aja hidup gue, kali ini dengan ditemani dengan perasaan-perasaan gue, di arah yang gue anggap benar, .

No comments: