Thursday, December 31, 2015

2015 in a glimpse

Sudah memasuki akhir Desember, yang berarti sudah waktunya bagi gue untuk menulis apa aja pelajaran di tahun ini. Tahun ini temanya lari, baik literally atau figuratively. Untungnya ngga cuma cape doang yang gue dapat. Coba gue daftar dulu deh hal-hal yang berkesan bagi gue di tahun ini...

Jalan-jalan
I went to many interesting places, heck even two of them are on my bucket list! Sebagian terima kasih untuk dinas, dan sebagian lain terima kasih untuk kesungguhan hati mewujudkan rencana liburan :D Jadi tahun ini gue udah ke Bandung (seperti biasa), Pontianak (ini juga biasa), Malang (lagi), Bali (ini pun lagi), Jogja (sebelum berangkat dan pulangnya pun dramatis), Batam (yang tak pernah padam), Singapura (yodalah yaa), Istanbul - Kapadokya - Athena - Santorini (best holiday!), dan Melbourne (I liiiike this city). Detail jalan-jalan akan gue tulis nanti di post terpisah. Nah dari semua perjalanan itu, yang paling berkesan justru saat gue dinas ke Jogja. Di pagi hari terakhir, sebelum gue berangkat jalan-jalan sendirian, om-om gue yang entah khawatir atau kepo nanya ke gue:
Om: kamu pergi sendirian aja?
Gue: iya nih Pak
Om: ya semoga ketemu apa yang lagi kamu cari
Gue cuma hehe iya aja, tanpa mikirin pesan si om. Pergilah gue jalan-jalan ke suatu tempat. Dan surprisingly, gue merasa menemukan sesuatu di sana. Lucunya, yang gue temukan bukan hal yang gue sengaja cari. Bahkan hal yang dicari tersebut ngga terdefinisikan bagi gue. Tau kan rasanya longing for something but you don't exactly sure what it is. Seketika gue merasa tenang, karena paling ngga gue udah tau apa yang gue mau, walaupun perjalanan masih panjang untuk mencapai itu. Satu lagi, walaupun suka ngenye, tapi om-om gue ternyata (entah disengaja atau tidak) bisa sangat memahami gue ya.

Pekerjaan
Gue udah merasa settled, dalam arti nyaman dengan pekerjaan saat ini dan dengan lingkungan kerja gue. Isn't that a privilege? Ya gue memang masih harus banyak belajar, bahkan gue merasa belum berbuat banyak, tapi paling ngga gue udah mendapat gambaran gue mau jadi apa. Ada sih penyesalan "gue bisa nih sebenarnya berbuat lebih" tapi yaah jadiin motivasi aja bagi gue di tahun depan untuk berbuat lebih baik lagi.

Mensana in corporesano
Sebagai orang yang pemalas minta ampun, gue cukup bangga sama diri gue yang udah (berusaha) untuk rutin berolahraga. Fyi, terakhir gue rutin berolahraga itu waktu TPB yang mana sudah 9 tahun lalu, itu pun karena jadi mata kuliah wajib. Setelah itu, olahraga gue cuma lari-lari lucuk di Sabuga (itu pun jarang dan fokus ke cari sarapan), pas samapta (ewhh), atau jadi tim voli 17an kantor (yha). Tapi entah gue dapet hidayah darimana, sejak akhir tahun lalu gue mulai terpikir untuk "oke gue harus olahraga". Gue latihan berenang sama Nuno, walaupun ga mahir tapi bisalah kepak-kepak di air. Gue mulai rutin lari tiap Jumat di Monas, masih mengikuti jejak langkah Nuno. Gue bahkan ikut ngegym berkat ajakan Adi! Ternyata menyenangkan ya, olahraga itu. Manfaatnya juga udah berasa di gue, sekarang gue jadi ngga gampang lelah. Gue jadi menantikan lari Jumat bersama klub lari-lari Westlife (yes this is a THING okay). Tapi somehow, gue males untuk jadi RUNNER ambisius (harus pake kapital). Tau kan, yang punya milestone kecepatan/jarak, ikut segala lomba heitz, dan punya segala macam perlengkapan lari. Pencapaian gue cuma lari 4,5 km dengan kecepatan lari ala video klip Westlife (hence the club's name). Gue cukup lah jadi pelari sahaja. Ngga apa, yang penting gue olahraga lagi.

Losing my best friend
Gue pernah nulis tentang ini, tapi sampai sekarang gue masih sedih kalau ingat gue udah kehilangan teman dekat. Agustus ini, gue sempat mampir ke makamnya. Bener aja dong, begitu disana I bawled my eyes out. Ternyata begini ya rasanya kehilangan. It's a feeling that you cannot totally get over with. It hits you right there whenever you remember it. Semoga tenang disana ya Dis...

Getting new best friend
Siapa sangka di umur segini, gue punya teman baru. Apalagi orang ini adalah rekan kantor dan lebih tua (orangnya bakal ngambek kalau dibilang JAUH lebih tua). Senang aja gitu kalau lagi bosen, ada yang bisa langsung disamperin "eh eh masa yaa" atau "ada makanan ga?". Orang ini pun lumayan sering nyamperin gue, dan dengan cengar-cengir khasnya "jadi ada cerita apa ci?" atau "ada makanan ga?". Senang aja pas dinas punya temen jalan-jalan. Senang aja punya teman segala macam urusan di kantor, mulai dari kerjaan beneran, lari Jumat (hellooo platinum member of klub Lari-lari Westlife), sampai hal remeh-temeh macam ngetawain foto bareng (apanya yang urusan kantor deh). Walaupun banyak hal questionable yang dia lakukan (termasuk niat jodohin gue yang borderline obsessive), but it's cool to know that there is someone close to look up to.

Who am I trying to fool?
Gue udah menutup satu buku, tapi gue masih tergoda untuk membuka lagi buku tersebut. Padahal apalagi sih yang mau dicari, apalagi sih yang bisa dilakukan. Ya masa setelah bertahun-tahun, siklus hidup gua begini-gini aja. Mau jadi apa deh. Who am I trying to fool for trying to open the book that already closed. Atau jangan-jangan bukunya emang belum pernah tertutup? Tauk ah. Yang jelas, unfinished business sucks. Dan lagi-lagi yang gue bisa lakukan ya cuma, tinggalin aja bukunya terus lari lagi.

My personal anchor
Gue pernah menulis tentang we met for a reason, either you're a blessing or a lesson. Many thanks to that particular lesson, gue bisa belajar buat memahami diri sendiri. Sebelum ini, gue tentu udah tau apa jelek-jeleknya diri gue. Tapi sekarang, gue mengambil langkah konkrit(!) agar gue ngga terus-menerus punya kejelekan itu. In a way, gue udah bertekad untuk menjadi orang yang lebih baik, paling ngga ke diri gue sendiri. Gue ngga akan cerita detail tentang kejelekan dimaksud karena sudah sangat pribadi. Yang gue bisa share adalah di saat gue merasa hilang dalam pikiran, dan di saat gue merasa lelah selelah-lelahnya, selalu ada tempat bercerita. Selalu ada jangkar yang menjaga gue tetap di tempat. Selalu ada pegangan agar gue ngga asal lari terus hilang. Dan tempat itu adalah Tuhan. Tapi untuk mencapai tempat itu pun gue harus lari dari diri gue sendiri, yang mana sangat sangat sulit. It's a never ending run, but I'll manage just fine.

And as usual, song to end 2015
 
Cheers to the year of constant running. Despite the unspoken feeling, unfulfilled promise, and low key insecurity, it's kinda amazing that I've survived this year. I've learned my lessons and hope I can change myself to be a better person.

Special shout out to this one particular song:

 
Why Forrest Gump? Selain terkait dengan lari, yah everybody knows lah yaa.. btw kapan album baru Frank Ocean keluar hmm

2016 seems will be a roller coaster ride to me. Kerjaan bakal bikin gue lebih lintang pukang, dan somehow gue yakin kehidupan gue akan lebih berwarna. Akan ada pilihan besar yang harus gue ambil. Nah seperti yang disarankan oleh si teman baru (kenapa gue geli sendiri sih nulisnya haha), untuk tahun 2016 gue perlu buat resolusi. Kalau perlu, gue sampaikan resolusi ini ke orang-orang terdekat ("hah semua orang banget?" "yaudah yang deket-deket aja") atau tempel di meja sekalian. Gue ngga ngerti kenapa gue harus mengumumkan resolusi gue, tapi yaudah turutin aja deh apa katanya. So here it is, my 2016 resolutions:
  1. Ngaji tiap hari (T&C applied)
  2. Find happy tunes
  3. Lancarin berenang dan nyetir
  4. Fokus belajar academic writing
  5. Be kinder to my own heart
Kecuali nomor 2 dan 5, resolusi gue agak kurang bombastis ya haha.. Tapi realistis kan? Realistis lah yaa. Namanya juga usaha, daripada ngga ada tujuan sama sekali. Kalopun ngga usaha, it's the thought that counts. Iya ngga? Iya doong :)

So thank you 2015
And hello 2016, please be good to each other!

No comments: