Thursday, April 2, 2015

Makassar once more

Ssup?? Somehow gue selalu pake ucapan ini untuk mulai blog tentang liburan. Dan memang udah waktunya gue nulis tentang liburan gue ke Makassar dan sekitarnya, tanggal 24-30 Oktober lalu. Sebenernya gue di Makassar dalam rangka dinas sih, tapi gue sengaja datang lebih awal buat liburan. Gue cerita tentang liburannya aja lah yaa.. Gue akan membagi post berdasarkan obyek wisata/daerah yang gue datangi.

-sekapur sirih-
Gue berangkat ke Makassar flight hari Jumat jam 19.30 daaan gue hampir telat. Sepanjang jalan tol bandara macetnya yasalaam, ada kali 10 menit hanya untuk jarak 1 km. Dan semua ini karena uji coba gerbang tol otomatis. Kenapa uji coba menyangkut hajat hidup orang banyak dilakukan Jumat sore? KENAPA?? Anyway, gue sampai di bandara tepat jam 19.30, langsung lari-lari sambil geret koper ke dalam. Kata petugas di counter check in (gue udah online check in, gue cuma mau drop bagasi) "wah, MBAK HARUS LARI SEKARANG. kopernya ngga usah masukin bagasi!". Oke gue lari ke gate, masih geret koper. Kata petugas pemeriksaan barang sebelum masuk gate "SEKARANG MBAK. LARI". Oke gue lari ke dalam gate. Daaan kata petugas Garuda di gate "oh, pesawatnya delay 20 menit mba"

Gue: *megap-megap menatap nanar* ....... oke

Mind you, kombinasi tegang, ga pernah olahraga, dan geret-geret koper bikin gue literally megap-megap. Kenapa yaaa antar petugas counter check in dan petugas di gate ga ada komunikasi. Kalau gue udah dikasi tau kalau delay dari bawah, kan gue ga perlu lari-lari ala AADC di bandara.

Oke kembali ke fokus blog. Halo Sulawesi Selatan!! Long time no see yaa sejak tahun 2011.

Tanjung Bira

Gue ke Tanjung Bira sama temen kuliah gue yang sekarang kerja di Makassar, Nita dan temen sekantornya Retno (sebenernya kami semua sekantor sih haha). Mereka jemput gue di bandara, lalu dari sana kami langsung berangkat biar bisa sampai di Tanjung Bira pas subuh. Subuh katamu? Yess, karena Tanjung Bira ada di kabupaten Bulukumba yang jaraknya dari Makassar lumayan jauh, 4-5 jam naik mobil. Sampai di Bira masih subuh dan kami kesulitan cari penginapan yang buka. Salah juga sih, kami ngga cari-cari info penginapan dulu, dan kami cuma cari penginapan di satu area. Jadinya kami menginap di satu-satunya penginapan yang masih buka di area itu, lupa namanya, yang berlokasi paling dekat sama pantai. Lumayan lah 300ribu semalam. Sebenarnya rugi sih karena kami datang jam 5 pagi dan sore langsung check out, tapi lumayan lah buat naruh barang dan bobo lucu sebentar.

Setelah istirahat sebentar, jam 7 pagi kami ke pantai untuk melakukan tujuan utama kami ke Bira, yaitu main di laut! Pantai Tanjung Bira baguuuus, apalagi masih sepi dan air sedang surut. Jiwa pantai gue langsung keluar dong, takjub ala-ala "AAAH BAGUUUS!" sampai akhirnya foto sana-sini.
surut
glorious sun
 Puas foto-foto, kami nyewa perahu untuk snorkeling. Murah bets, hanya 250ribu termasuk alat. Kami dibawa ke 2 spot snorkeling. Daaan, dari berbagai tempat gue snorkeling (ngga banyak sih haha), menurut gue disini yang PALING BAGUS! Bahkan lebih bagus dari Sabang! You all should snorkel here at least once in life! Variasi ikan dan karangnya kaya banget, beragam jenis ikan mulai dari kecil sampai besar, jumlahnya banyak, dan warna-warni. Karangnya juga cantiiik, warna-warni dan beragam, apalagi ditambah sinar matahari pagi yang menembus laut. Ughh, sayang banget gue ngga punya underwater camera.
salah satu spot snorkeling
dedek-dedek ini berani bawa perahu sekecil ini ke tengah laut!!
Dari 2 spot snorkeling, kami dibawa ke penangkaran penyu. Penangkaran penyu ini cuma kolam kecil di tengah laut, dengan sejumlah penyu besar dan ikan biru yang gue ngga tau apa namanya. Lumayan lah buat foto-foto.
lihat warna lautnya dooong!!
hai penyu :3
Akhirnya sekitar jam 11, kami kembali ke pantai. Air laut udah mulai pasang, tapi pemandangan di sini justru makin bagus. Clear sky, clearer sea, breezing wind, sunlight falling in your face, what else can I ask for?
serenity
Kami balik ke penginapan, tidur siang dan istirahat dulu, sebelum jam 15 check out dan kami pergi ke pembuatan kapal phinisi di Tana Lemo. Lokasinya dekat dari Tanjung Bira, sekitar 20 menit naik mobil. Sebenernya ada banyak pembuat kapal, berjejer di sepanjang jalan di tepi pantai. Tapi sayang ngga ada yang sedang bikin kapal phinisi, kebanyakan bikin kapal kayu biasa. Kami sempat mampir melihat-lihat pembuatan satu kapal. Kapalnya besar, gue harus manjat tangga sempit (yang bergetar tiap gue menginjakkan kaki) dan berdiri di atas platform kecil (yang bergetar tiap gue gerak). Berhubung gue ngga suka berada di pijakan yang ngga stabil (dengan kata lain, gue ngga suka bergetar), gue ngga lama ada di atas.

peeking inside
boat in a making
Kami sempat ngobrol sama bos yang punya pembuatan kapal, dia bilang kapal pesiar ini pesanan dari orang Eropa. Ternyata kebanyakan kapal disini memang pesanan dari luar negeri. Dan harganya bisa mencapai M! Pengerjaan kapal besar kaya gini bisa makan waktu lebih dari setahun. Bapak ini ngga belajar bikin kapal secara formal, dia belajar dari bapak dan kakeknya. Luar biasa yah, memang nenek moyang orang Bugis nenek moyangku orang pelaut..

Dari pembuatan kapal, kami kembali ke arah Tanjung Bira untuk menuju ke pantai Bara. Pantai Bara ini sebenarnya cuma pantai biasa aja, dengan pasir putih lembut dan air biru. Bagusnya adalah ngga ramai, hampir ngga ada pedagang, dan ideal buat duduk bego menghabiskan sore. Karena pantai ini menghadap timur, jadi ngga bisa melihat sunset. Yah ngga apa, menikmati langit yang berganti dari biru jadi pink hingga jadi oranye juga udah cukup.
the three of us
serenity part 2
Begitu matahari tenggelam, kami kembali ke Makassar.. See you Tanjung Bira I'll be back for sure!

Note: penginapan di sini seharusnya lebih memperhatikan kebersihan dan kenyamanan yaa.. Tempatnya sih udah bagus, cuma sayang kurang bersih. Dan tata letak area wisata Tanjung Bira agak berantakan, semacam warung/hotel bisa muncul semaunya. Dua kali gue makan di sana tempat yang berbeda, gue ngga menemukan makanan yang enak. Entah emang gue yang ngga hoki, atau warung suka-suka aja bikin makanan ngga peduli rasanya gimana. Ngga mengurangi keindahan lautnya sih, cuma sayang aja kan bisa jadi lebih nyaman..

Rammang-rammang

Sabtu malam sekembalinya dari Tanjung Bira, di Makassar gue numpang di rumah dinas temen kantor gue yang lain yaitu Glenn dan Andree. Hari Minggu pagi sampai siang gue habiskan dengan tidur setidur-tidurnya tidur, you know tidur bego "bye world!", ngga bisa bangun saking capeknya. Minggu sore, gue sama Glenn jalan ke Rammang-rammang. Gue lupa ini nama desa atau nama jalan, intinya disana kita bisa menyusuri sungai naik perahu melewati perbukitan kapur, ala Halong Bay tapi dalam versi yang lebih kecil. Rammang-rammang ada di kabupaten Maros, ke arah pabrik semen Bosowa, sekitar satu jam dari kota Makassar.

Gue sama Glenn markir mobil persis di pertigaan semen Bosowa, dari sana naik ojek ke Rammang-rammang. Sepanjang jalan desa, kanan kiri sawah kering kerontang berlatar perbukitan kapur. Jangan kira kering kerontang jelek, justru kelihatan kaya taman prasejarah! Apalagi di tengah sawah banyak batu kapur warna hitam, yang beberapa cukup besar sampai membentuk gua.


di tengah sawah
di dalam gua
Puas explore gua (explore dalam arti ngintip dan foto-foto sikit), kami kembali ngojek ke dermaga. Gue dan Glenn mulai menyusuri sungai dari dermaga 2 di tengah desa. Biaya sewa perahu cukup 120ribu saja untuk perjalanan bolak-balik.. Jangan bayangin perahu yang bagus, ini cuma perahu kayu kecil yang ditempel mesin. Kalau orang yang takut air pasti ngga akan mau naik. Gimana rasanya berperahu menyusuri sungai di Rammang-rammang? Let these pictures answer..

damai
tenang
Sekitar 20 menit berperahu, kami tiba di kampung Berua. Kampungnya kecil aja, dengan rumah tersebar di sana sini, tapi pemandangannya dooong...
majestic
Keren kaan! Kampung sekecil ini dikelilingi oleh perbukitan kapur sebesar itu, yaampun rasanya manusia keciiil banget disini...
swaggy dedek!
Dari kampung Berua, kami kembali menyusuri sungai kembali ke dermaga awal. Sebenernya kami ditawari sih untuk ke gua dan danau (atau air terjun? lupa euy), tapi sayang udah sore banget. Saat berperahu pulang, matahari yang udah rendah bikin suasana makin indah. Langit oranye, angin semilir, suara perahu motor, daun-daun pohon bakau yang bergoyang... Gue bisa banget bengong bego berjam-jam di sana. And to think this kind of place is hidden in a typical village not too far from town, kira-kira ada keindahan apa lagi di daerah yang lebih pedalaman? Berapa banyak lagi yang belum terekspos? Ini baru di Sulawesi Selatan, belum di daerah lain. Betapa Indonesia kaya akan tempat-tempat yang indah...
bahkan desanya aja indah

Leang-leang

Senin pagi sebelum dinas, gue menyempatkan diri ke Leang-leang. Leang-leang berlokasi di dekat Rammang-rammang. Yah ga deket banget sih, kalau keluar dari Makassar searah ke Maros. Begitu sampai ke satu pertigaan, lurus kalau mau ke Rammang-rammang, belok kanan kalau mau ke Leang-leang (pertigaannya dimana coba haha ga membantu). Ada apa di Leang-leang?
enter the cave
climbing
here it is! see the hand painting?
Jadi di Leang-leang ada taman prasejarah, dengan atraksi utama gua manusia purba. Konon lukisan telapak tangan di dalam gua tersebut udah berusia 40RIBU TAHUN. How cool is that?? Selain lukisan telapak tangan, juga ada lukisan babi hutan yang menggambarkan binatang buruan. Berada di dalam gua bikin gue merasa, apa yah, ancient? This place feels so ancient it's almost surreal. Sejujurnya gue ngga kebayang bagaimana manusia-manusia jaman dahulu itu mendaki perbukitan kapur, menemukan gua dan memutuskan tinggal di dalamnya.

Di atas gue menyebut taman prasejarah, jadi sebelum memasuki gua ini gue berjalan melewati taman dengan batu kapur tersebar dimana-mana. Tamannya kecil, tapi tertata rapi dan bersih. Bagus buat foto-foto. Kalau mau masuk ke gua, harus dengan pemandu karena akses tangga ke gua dikunci. Bagus lah biar lukisan tangan aja yang ada disana, jangan ditambah lukisan masa kini alias coretan-coretan alay.

Foto di taman sebagai penutup:
jalan setapak
Beautiful rocks

Bantimurung

Dari Leang-leang, gue lanjut perjalanan ke Bantimurung, masih berlokasi di kabupaten Maros. Sayang karena diburu waktu, gue ngga menikmati semua hal menarik yang ada di sini. Gue ngga ke tempat kupu-kupu atau gua, bahkan walau ada gua dengan iming-iming mata air enteng jodoh! Anyway, gue cuma foto-foto di air terjun dan berjalan sebentar di sepanjang jalan kenangan (ini sebutan gue aja sih karena suasana jalanannya syahdu). Padahal fasilitasnya lumayan lengkap loh, rapi pula. Yah ada sih beberapa area yang masih dalam perbaikan, cuma ngga mengganggu asiknya tempat ini. Lesson learned: sediakan waktu sedikitnya 3 jam untuk menjelajah kawasan wisata ini.
don't go chasing waterfalls
sepanjang jalan kenangan
souvenir ala Bantimurung: serba kupu-kupu

Kota Makassar

Pagi sebelum flight pulang ke Jakarta, gue menyempatkan diri ke pantai Losari. Gue baru sekali ini ke pantai Losari setelah direnovasi. Gue inget dulu cuma ada tulisan Pantai Losari di pinggir laut, yang iconic itu. Setelah gue kesana lagi, gue melihat area menjadi lebih luas, ada tambahan tulisan 4 suku asli Sulawesi Selatan (Mandar, Toraja, Bugis, dan Makassar) dan tulisan City of Makassar, plus ada Masjid Apung. Cool deh! Sepertinya asik ya menghabiskan sore di sini, sayang gue baru sempat ke sana pagi. Itu pun gue maksain diri ke Losari hanya karena, yahh, "ini udah di Maksssar loh masa ga ke Losari??" (yea lame I know)

shameless selfie to show (one of) my roots
Dari Losari, gue pergi ke Fort Rotterdam. Dulu gue juga pernah kesana, tapi waktu itu masih direnovasi jadi ada area museum yang ditutup. Untung sekarang seluruh area museum telah dibuka. Bagus loh museumnya! Bentuk bangunan dipertahankan asli, konten museum juga menarik yaitu perkembangan kota dan budaya Makassar dari masa ke masa. Yang gue sayangkan adalah begitu gue masuk ke bagian museum tentang I La Galigo, terlihat (maaf) seadanya aja. Ada sih beberapa lukisan/diorama yang menggambarkan adegan dari epik tersebut, cuma terkesan sekedarnya aja. Seandainya dibuat lebih menarik ya.. La Galigo ini epik loh sesungguhnya, sayang ngga banyak yang tahu (gue juga cuma tahu sepotong-sepotong sih).

Beberapa foto di Fort Rotterdam:
pelaminan telah siap, tapi mana abangnya? *pardon my caption yes*
let's march
Thus concludes my trip to Makassar dan sekitarnya. Overall, Makassar masih menarik, makanannya masih enak, masih banyak tempat wisata yang bisa didatangi. Tapi ada satu hal nih, selama gue disana, tiap mengantar sopir kantor selalu mengupdate kondisi jalanan, entah ada demo atau bentrokan. Ya gue yakin sih ngga tiap hari juga ada bentrokan di Makassar, cuma udah gue sering dengar berita bentrokan di Makssar di TV, ini mengalami sendiri, kan jadi serem yah kalau gue kesana sendirian dan ngga tau kondisi kota. But well Jakarta juga sering ribut di jalanan, so yeah ini hal minor lah, ngga akan mengganggu keasikan kota ini..

I'll be back there for sure!

No comments: