Friday, February 25, 2011

hello again, Bandung!

So here's the story of my little getaway trip to Bandung last weekend, still written in stupid narrative style:
Jadi Sabtu siang kemarin saya berangkat ke Bandung. Sampai Bandung, saya naik angkot ke arah Plesiran. Disana saya naruh barang di kosan adik saya, kemudian saya pergi makan di Ciwalk. Tadinya saya mau makan di KFC, hokben, platinum, atau tempat makan lain yang hanya ada di Bandung (ini sarkas). Untunglah ternyata Kiosk sudah buka di Ciwalk. Jadilah saya makan di Kiosk. Sudah enak, murah pula. Ah saya suka Kiosk. Setelah itu saya membeli tas. Setelah memilih-milih selama nyaris sejam, saya pun mendapat tas yang cocok dengan selera saya (baca: simpel sesimpel-simpelnya).

Pulangnya, saya mampir di kosan adik untuk mandi dan berganti baju. Setelah itu saya bingung mau makan malam dimana. Pengennya sih di Sierra atau Valley atau tempat makan yang harus membayar biaya ekstra untuk melihat view Bandung malam-malam (ingatkan saya untuk tidak sarkas lagi).

Tapi apadaya, karena berbagai faktor: tidak ada kendaraan, saya lupa-lupa ingat jalan menuju Lisung, ditambah saya tidak punya keberanian untuk mencarter angkot seperti saran Tice, jadinya saya makan di Cawit Dago, yang sangat jauh dari kriteria tempat-tempat makan yang harus membayar biaya ekstra untuk melihat view Bandung malam-malam (astaga saya sarkas lagi).

Dari sana, saya pindah tempat nangkring ke Gampong Aceh. Ah sayang beribu sayang, ukuran roti cane disana makin kecil, dan tidak pakai susu lagi. Kecewa hati saya.
roti cane kering kerontang

Besok paginya, saya jalan-jalan ke Car Free Day di Dago. Banyak sekali rombongan sepeda, aerobik, sales, tukang jualan sarapan, sampai anak-anak muda gaul masa kini yang harus berdandan dulu untuk lari pagi. Semua ada, semua serba suka-suka. Seharusnya namanya bukan Car Free Day, tapi Care Free Day.
aerobik + sepeda + jualan + sales + anak muda gahul = care free day
Setelah itu saya naik angkot ke Punclut untuk mencari sarapan. Sesampainya disana, oh tidak, ada apa ini jalanan penuh dengan begitu banyak manusia? Ternyata Punclut di minggu pagi menjelma menjadi pasar kaget! Saya pun terkaget-kaget! Saya pun mencoba berjalan kaki, mendaki, menembus keramaian manusia. Perlu saya ingatkan, dulu saya pernah berjalan kaki di Punclut: menghabiskan waktu 45 menit dan berakibat napas saya menguik-nguik seperti babi. Itu pun saya lakukan di Sabtu pagi yang dingin dan sepi. Apakah saya berani untuk berjalan kaki mendaki lagi, dan kali ini menembus keramaian di bawah mentari yang bersinar terik?

Tidak, saya tidak berani. Lemah agaknya mental dan fisik saya. Saya pun berbalik, putar arah turun lagi. Saya memutuskan untuk makan di mambo. Tapi sebelum ke mambo, saya menjenguk kampus dulu, sekaligus menengok lab yang baru direnovasi. Ah, kenapa dulu saya tidak berkesempatan menikmati lab yang super seperti ini?? Ck takdir memang kejam..
komputer berderet, TV plasma, kulkas.. inilah yg namanya makmur jaya

Saya pun berjalan melewati kampus, yang mulai ramai oleh hiruk-pikuk mahasiswa. Saya jadi mengenang masa muda: "di selasar inilah saya pernah mengerjakan tugas" atau "di gedung inilah saya kuliah" atau "di kantin inilah saya lirik-lirikan dengannya" (so labil but sadly it's true). Baiklah akhirnya saya tiba juga di mambo, makan lomie yang enaknya ngga masuk akal.

Pulang dari Mambo, saya mampir bertemu Tice di kosannya. Hai Tice! Sungguh tiap ngobrol dengannya saya selalu mendapat pelajaran. Sepulang dari tempat Tice, saya mampir ke kosan Senna guna mengambil transkrip. Hai Senna! Sungguh saya tidak menyangka, orang seperti Senna juga bisa memberi pelajaran (ehm). Gutlak dalam ciTA dan cinTA yaa, both Senna and Tice!

Saya pun pulang ke kosan ade saya, mandi lagi, dan mampir di kafe halaman untuk makan cemilan sebelum bertolak pulang. Buat yang nanya: "belagu bener, ngemil doang di kafe" akan saya jawab dengan "masi kenyang, lagian kesana juga cuma numpang ngadem" ini lebih belagu, numpang ngadem di kafe. Anyway, ternyata siang di kafe halaman cukup menyenangkan: hawa Cisitu sama sekali ngga terasa, plus ada resepsi dimana banyak tamunya adalah mbak-mbak dengan dandanan super yang bisa saya tertawakan (sudah saya tidak mau sarkas lagi).

Abis ngemil dan ngadem di kafe halaman, saya beranjak pulang. Berakhirlah sudah liburan saya di Bandung. Daaah Bandung, sampai ketemu di wisuda April nanti!

Beberapa pengalaman/pelajaran/quote tak terlupakan di Bandung:
Adit: akhirnya bisa naik angkot di bandung! Amazing! (berbinar-binar)
Saya: … (melirik, berkata dalam hari: ebuset high-maintenanced bener ni orang)

Parafrase kutipan dari Kartice:
Bilangnya sih "bukannya gue nuduh", padahal sebenernya nuduh. Ngomong gitu sih cuma basa-basi, sama aja kaya "bukannya gue ngeremehin" atau "bukannya gue sok tau".

Jadi di Ciwalk ada kandang kelinci raksasa, untuk memperingati tahun kelinci. Saya jadi berpikir, akankah Ciwalk membuat venue yang sama jika imlek tahun ini adalah tahun macan? Atau ular? Atau minimal kerbau?
imut kan? saya maksudnya, bukan kelincinya
Terserah is a very poisonous word. Siapapun yang bilang terserah, kalau keadaan menjadi tidak seperti yang diharapkan, pasti akan ngomel-ngomel di akhir.

Mengapa saya, dan cewek-cewek di lingkungan pergaulan saya, bersifat praktis? Saya dan Tice pun menelaah kehidupan kami semasa kuliah dulu:
"Malam begadang ngerjain tugas kelompok. Jam 12 malam perut lapar, langsung impulsif keluar cari makanan. Tidur hanya 4 jam. Bangun langsung lari-lari ke kampus ngumpulin tugas, dilanjut dengan kuliah. Syukur-syukur masi ingat mandi. Seharian kuliah, praktikum, dan ngerjain tugas lain. Malamnya langsung nonton/makan bareng. Ngga ada yang repot pulang buat mandi, ganti baju, atau bahkan dandan. Pulang ke kosan, langsung tidur. Besok pagi bangun, kuliah, dapat tugas lagi, and so the cycle continues.."
Kesimpulan: nilai adalah segalanya. ngurus diri urusan belakangan, apalagi ngurus kosan.
Oh men, ternyata masa kuliah sangat berpengaruh terhadap tingkat kepraktisan saya...

1 comment:

iraa said...

ciii kangen banduung banget.. sejak gw wisuda kemaren, gw belom sempet ke bandung. paraah kangennya.. hehehe
oiyaa ci.. btw aniwei beswey.. kok cane gampoeng aceh ga se nampak enak biasanya sih? apakah sudah berubah? hehehehe