Friday, May 14, 2010

"gue ini mayoritas loh.." terusss??

Kalo dipikir-pikir, gue ini termasuk yang mayoritas:
agama mayoritas tau lah yaa
suku mayoritas yah walaupun dikit banget orang campuran padang-melayu-bugis, tapi tiga suku ini pun termasuk yang mayoritas.
ras mayoritas gue kan orang mongoloid-melayu tulen
cara pandang juga masih mayoritas gue ini cenderung konservatif
di kampus pun gue masih mayoritas otak ngga istimewa tapi juga ngga bego-bego banget

Selama ini gue ngga tau gimana rasanya jadi mayoritas. Hidup gue ya gini-gini aja. Bahkan gue sempet mikir "yaelah, apa bedanya coba mayoritas dan minoritas? ribut amat sih orang-orang". Mungkin karena gue selalu ada di lingkungan yang tenang kali ya, jadi ngga pernah melihat perlakuan aneh-aneh ke minoritas. Makanya gue ngerasa nyaman-nyaman aja. Bahkan saking nyamannya, gue jadi ngerasa biasa-biasa aja. Alhamdulillah sih.  

Baiklah, gimana kalo dibalik. Bayangin suatu saat gue harus kuliah dan menetap bertahun-tahun di Eropa sana. Dan tiba-tiba gue jadi minoritas: agama, ras, cara pandang, suku, bahkan mungkin gue jadi yang paling bego di kelas . Gue masi bisa ngerasa nyaman kah? Walaupun gue ngga dapet perlakuan aneh-aneh, tapi pasti ada waktu sedikiiit aja dimana gue ngerasa berbeda.
  
Nah, bayangin gue jadi minoritas di Indonesia. Gue susah buat bangun rumah ibadah, padahal surat, izin, dll udah lengkap. Gue dikomentarin sinis begitu gue sukses, dengan kata-kata semacam "ko dia yang maju, kan gue yang pribumi". Gue nyari pacar pun susah, pilihannya terbatas. Gue dipersulit bikin KTP/surat lain. Gue dikejar-kejar massa pas kerusuhan, digebukin, atau malah diperkosa. Innalillahi...

Padahal kalo dipikir-pikir, mereka didiskriminasi bukan karena suku/ras/agama yang mereka punya. Mungkin diskriminasi itu terjadi hanya karena mereka minoritas. Sesimpel itu. Lihat aja di Eropa sana, misal susah bangun masjid, atau curiga sama orang bertampang timur tengah, atau ada rencana juga buat mengusir imigran-imigran karena mengambil lapangan kerja yang mestinya bisa diambil penduduk asli.

Kalo gue mikir-mikir lagi, apa sih bedanya mayoritas dan minoritas. Toh hidup di dunia yang sama, napas dengan udara yang sama, intinya sama-sama manusia. Kebetulan aja lahir dengan suku dan ras yang beda, milih agama yang beda, dan punya pola pikir yang beda. Cuma itu. Ngga perlu ada pembedaan mayoritas-minoritas. Apa gunanya? Apalagi kalo ada mayoritas yang sombong, dan ada minoritas yang cari perhatian. Ke laut aja ini sih.

Intinya, gue heran bisa-bisanya kita, bangsa yang punya lebih dari 500 suku, 5 agama resmi, dan  entah berapa ras, sampai mengenal istilah mayoritas-minoritas. Ckck, terus aja ada pengkotakan bodoh macam begitu...

No comments: