Wednesday, July 8, 2009

Mari Me-review 2 Buku


Nusantara: Sejarah Indonesia

Pengarang : Benhard H.M. Vlekke

Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia


Yang gue beli ini terjemahan dari edisi tahun 1961, walau buku ini sebenarnya pertama kali terbit tahun 1943. Buku ini menceritakan sejarah Indonesia secara komprehensif, mulai dari datangnya imigran Proto dan Deutero Melayu, kerajaan-kerajaan pra kolonial, transisi dari Hindu Buddha ke Islam, dimulainya kolonialisme dan semua kebijakan VOC, sampai era perjuangan menuju kemerdekaan tahun 1930an.



Seperti kata Vlekke sang penulis “buku ini dirancang sebagai sejarah Indonesia dan bukan perluasan perusahaan dan koloni Belanda di luar negeri”. Dan emang bener, tulisannya di buku ini sangat obyektif, sudut pandang Vlekke bukan sebagai orang Belanda maupun sebagai Indonesia. Banyak hal yang ngga ada di buku sekolahan. Dulu di sekolah kan ini muncul karena itu. Tapi ternyata banyak hal rumit (yang bahkan muncul di belahan bumi lain) yang berpengaruh besar pada sejarah Indonesia. Dulu gue pikir orang Belanda kejam banget, nyuruh tanam paksa tanpa alasan. Tapi gue baru tau alasan komplit di balik itu, walau gue tetap mikir itu kebijakan Belanda yang parah sih… Dan gue juga baru tahu kalo kenapa kerajaan-kerajaan di Jawa akhirnya masuk Islam. Ternyata ngga jauh-jauh dari politik, jadi waktu itu pilihannya cuma antara Portugis atau Johor dan Demak.


Ada cerita mengenai sultan, bupati, atau pemimpin kerajaan yang ternyata oh ternyata, hampir sama rakusnya kaya Belanda. Mengerikan banget orang-orang ini bisa berlaku kejam ke bangsa sendiri. Selain itu, buku ini ngga cuma membahas apa yang terjadi di pulau Jawa aja kok. Banyak porsi tentang Maluku, berhubung pulau ini memegang peranan penting banget dalam awal kolonialisme. Juga tentang intrik-intrik kerajaan di Nusantara yang saling berebut pengaruh, gila jaman dulu bergolak banget deh.


Oh bagian favorit gue ada di bab tentang kerajaan pra kolonial. Kayanya hampir semua kerajaan ikut pola yang sama ya: ini bunuh itu, perluasan kerajaan, masa keemasan, bunuh-bunuhan lagi, ganti raja, datang penyerang, kerajaan kocar-kacir, anak-anak raja berebut warisan, kembali ke pertama. Kadang Vlekke nyentil, misal ada di kalimat yang “.. tetapi tidak terbantahkan bahwa nama Yang Mulia itu sangat sok, karena mencakup klaim atas wilayah-wilayah yang jelas-jelas dikuasai orang lain”. Tapi nyentil di atas juga ada alasan “Lucu juga menemukan nama raja besar Sunda ini terdaftar di dokumen lain di antara nama raja-raja bawahan yang tunduk pada Sumatra”


Pokoknya, buku ini highly recommended buat para pemula yang mau belajar sejarah (kaya gue, hehe…) Tapi gue saranin kalo mau baca, harus bisa buka pikiran dulu. Karena banyak banget hal yang ngga sama seperti yang dikira, contohnya kaya yang gue ceritain di atas itu. Jadi jangan pake sudut pandang sebagai orang Indonesia, kubur dulu bayangan tentang kemegahan Indonesia masa lampau, open your mind, dan mulai membaca…


Three Cups of Tea

Penulis : Greg Mortenson dan David Oliver Relin

Penerbit : Mizan

sebenernya sih beda sampul ma yg gue punya, tp cuma ini yg gue dapet di inet

Kalo buku ini gue baru beli Jumat kemarin, dan gue ngga bisa berhenti baca sampai tamat Sabtu siang. Buku ini bagus bangeeeet!! Bikin gue mikir “astaga, selama ini gue udah ngapain??”. Banyak review tentang buku ini, mulai dari People, Washington Post, sampai Diane Sawyer. Pokoke buku ini mengharukan, inspiratif, bikin gue pengen berbuat lebih dari sekedar makan tidur kuliah.


Jadi ini cerita tentang Greg Mortenson sendiri, mantan pendaki gunung yang mendirikan banyak sekolah di daerah Pakistan utara. Dimulai dari dia tersesat waktu mendaki K2 (kalo-kalo ngga tau, K2 itu gunung tertinggi kedua di dunia, letaknya di Himalaya) dan dirawat oeh penduduk setempat. Disana dia liat gimana anak-anak sekolah di luar ruangan, padahal desa itu letaknya tinggi jadi pastinya dingin banget. Akhirnya untuk balas budi orang yang merawat dia, Mortenson janji buat bikin sekolah.


Cerita selanjutnya diisi dengan perjuangan Mortenson ngumpulin uang pas udah pulang ke Amrik, nyari donatur, kembali ke Pakistan tapi ternyata ada halangan untuk bangun sekolah itu, pulang lagi ke Amrik, balik lagi ke Pakistan. Padahal dia lagi depresi yang dia alamin, tapi dia tetap usaha. Dapet donatur, akhirnya dia bisa balik lagi ke Pakistan dan membangun sekolah yang dia janjikan. Dan ngga berhenti di satu sekolah aja. Dia akhirnya bikin yayasan, Central Asian Institute, yang bertujuan membangun sekolah di daerah Islam terpencil di Asia Tengah. Seperti yang dikatakan salah satu tokoh di buku ini ..tak ada seorang pun di dunia pendaki gunung yang akan bersedia melakukan apapun guna menolong orang Islam.


Di buku ini ada siapa-siapa aja yang udah membantu (dan menghalangi, tentu) Mortenson, dan apa aja yang terjadi selama Mortenson berusaha membangun banyak sekolah. Terus ada bagaimana peristiwa 11/9 mempengaruhi pekerjaannya, dan banyak peristiwa lain sampai dia dapet dukungan dari seluruh Amrik. Oh ngga lupa ada kehidupan pribadi dia sedikit-sedikit.


Gue sangat sangat sangat rekomen orang-orang buat baca Three Cups of Tea. Buku ini bisa jadi penggerak yang bagus, karena bikin gue pengen melakukan sesuatu. Tentunya “sesuatu”, ngga cuma koar-koar mengawang-awang ngga jelas kaya kebanyakan aktivis. Tapi buat orang-orang yang mikir Osama dan Taliban bukan teroris!”, gue pribadi juga setuju sih (kecuali untuk Taliban, no komen deh gue), tapi gue rasa kita harus mempertimbangkan kenyataan yang ada di Asia Tengah sana deh. Mungkin bagi orang-orang sana, Osama cuma membawa perang (hey tenang, gue cuma mencoba adil, dan gue masi mikir “zionis teroris nomor satu tak ada duanya” kok!).


Terlepas dari siapa sebenarnya yang teroris, buku ini ngasi perspektif baru, bahwa Islam dan Barat bisa terhubung lewat pendidikan. Sekaligus menekankan ke perspektif lama, hanya pendidikan yang bisa mengangkat seseorang keluar dari kemiskinan. Oh satu perspektif baru lagi deh, buku ini juga menceritakan keindahan Asia Tengah, lebih detail dari yang selama ini gue denger. Jadi tambah pengen kesana deh, nanti deh nunggu duit dan keberanian (berhubung ini salah satu daerah paling berbahaya di dunia) terkumpul, hehe.. sekarang, gue baca buku ini aja dulu.

No comments: