Sunday, December 1, 2013

Dari Bandung ke Ranah Minang jauh dekat 3000 dek bensin udah naik

My title post doesn't make sense but whatever. Selama Oktober, gue DUA kali berkesempatan untuk berwisata/jalan-jalan/plesir/whatever you name it.. Ya ampun bahagianya! Oke mari langsung bercerita..

a week in Bandung

Gue dinas SEMINGGU di Bandung. Yuhuuu how fancy is that?? Gue udah lama ngga ke Bandung, dan tiba-tiba gue dikasi kesempatan seminggu di sana. Walau 5 hari untuk dinas, tapi Bandung gitu loh! Uhh ceneng :,)

Selama di Bandung, gue menginap di hotel Sensa, yang berlokasi persis di depan Ciwalk. Literally di depan, bukan di seberang jalan. Bahagia loh menginap di sini karena 1) biarpun variasi menu makan siang/malam dikit, tapi enak (tetep makanan jadi fokus utama) 2) kamar OK dan nyaman 3) lokasi di Ciwalk, karena gampang kalau mau cari makanan (yak ujung-ujungnya makanan..). Biarpun gue meeting dari pagi sampai malam, saat break gue bisa dengan mudah sneak out ke kafe/resto yang bejibun letaknya di Ciwalk. Makan deh disana, bahagia bisa memesan makanan yang dulu cuma bisa gue pandangi harganya pas gue masih jadi mahasiswa (cediih). You know, pas masi mahasiswa cuma bisa memandangi menu terus mikir "kalo gue pesen ini fixed minggu depan gue cuma makan di KBL", begitu udah punya duit sendiri mikirnya jadi "ya ampun ini murah banget!"
fresh from the meeting
Dan kemana aja gue pergi selama di Bandung? Gitu-gitu aja: Ciwalk, PVJ, beberapa FO, beberapa tempat makan baru yang konon heitzzz, ketemu Adis temen gue sesama penggalau gadget, daaan KAMPUS!! Sebelumnya gue ngga kebayang bisa ke kampus saat weekday, saat kehidupan mahasiswa masih lengkap, semua kantin buka. Dan di sana, di kampus yang sedang ramai dengan kegiatan perkuliahan, gue berdiri dengan penuh kekaguman di boulevard, berfoto almamater norak di Indonesia tenggelam, dan duduk nangkring di KBL. Berasa lebay yaa? Tapi bener loh, betapa gue senang ada di kampus ini...

Kenapa setelah bertahun-tahun, gue masih senang ke sini? Padahal gue juga tipe mahasiswa biasa aja dulu. Ngga heitzzz, apalagi aktif. Mungkin karena gue dulu bener-bener menikmati kehidupan gue, bahkan hingga hal kecil seperti gimana rasanya duduk bermandikan cahaya matahari di taman batu, bahkan saat gue dimarahin di kelas, and I cherish every moment of it. 
:)
Di Bandung gue juga main ke museum Geologi. Percaya ngga kalau selama jadi mahasiswa, gue belum pernah ke museum ini?(woo kemane aje lu ciii?) Museum ini menarik banget loh! Harga tiket murah, eksibisi oke, apalagi yang di lantai 2. Sayang gue ke sana saat ada bagian museum yang direnovasi, dan ada beberapa alat peraga yang ngadat. Beberapa lukisan di lantai satu bisa deh di-update sedikit jadi lebih modern.. Btw aa pemandu di sana baik banget membolehkan gue dan adek gue nebeng rombongan darmawisata anak SD untuk nonton film dokumenter. Nuhun a!

good guy T-Rex
Tak lupa gue mengunjungi satu tempat yang konon katanya heitzz abis:
Roti Gempol
I don't really care about the bread. Enak sih, tapi yahh namanya juga roti. Dimana pun rasanya mirip-mirip, if not slightly better. Yang gue pedulikan adalah: Addictea sekarang jualan ketengan ya? Eh ini Addictea yang sama ngga sih sama yang ada di PI?

Pulang dari Bandung ke Jakarta, gue naik kereta. Jadi selama gue kuliah, gue NGGA pernah naik kereta dari atau ke Bandung. Terakhir gue mengkereta duluuu banget pas kelas 2 SMA. Berhubung gue juga ngga lagi buru-buru, kenapa ngga naik kereta? This is the most convenient way to end my trip :)
khas Jawa Barat

Ranah Minang

Jadi dengan niat impulsif yang super maksimal, gue ngajak Atid untuk liburan ke Sumatra Barat. Kenapa Sumatra Barat? Karena 1) alam indah 2) makanan enak 3) kampung halaman gua (yah not exactly kampung halaman sih secara ngga ada saudara deket lagi disana). Dan seperti yang gue bilang, rencana kesana dilakukan dengan super impulsif, perencanaan juga dilakukan dengan sigap, dalam arti beberapa hari langsung beres. Tiket pesawat dan hotel? Tinggal googling sebentar dan langsung pesan ngga pake banyak mikir. Itinerary? Buka Trip Advisor dan Detiktravel. Sarana transportasi? Tinggal googling dan siapin nyali buat ngangkot Saudara Atid yang ada di sana berbaik hati menyewakan mobil dan supir (terima kasih om!).

Kemana aja kita selama di Sumbar?
rute jalan-jalan

Hari 1: in between Padang - Bukittinggi

Sampai di Padang, kita langsung berangkat ke Bukittinggi, atau begitulah rencana semula. Waktu pak supir tau kita pengen kemana-mana, dia pun mengatur rute: mampir dulu di Istana Pagaruyung, lanjut ke Lembah Harau, baru ke Bukittinggi. Plus mampir di air terjun Lembah Anai dan Sate Mak Syukur.

You can easily spot the famous air terjun Lembah Anai persisss di pinggir jalan raya Padang - Bukittinggi. Tempatnya memang agak kecil sih, tapi bagus! Air terjun Lembah Anai ini tipe air terjun yang bisa bikin rasa capek perjalanan hilang lenyap tak bersisa. Gue sama Atid jadi bahagia-menjurus-hyper di air terjun ini, dengan nyengir lebar berdiri bego menyambut tempias air. Uhh bahagia!
look at the stone! look at the water! everything is gorgeous!
biar lepek tapi bahagia
Gue beruntung karena begitu gue dan Atid udah selesai sana dan mau balik ke mobil, datang satu rombongan puluhan orang. Ngga kebayang gimana sesaknya air terjun sekecil ini menampung orang sebanyak itu. Anyway, dari sana kembali melintasi Lembah Anai mengarah Bukittinggi, please jangan tidur di jalan, pemandangan di sini bagus. BAGUS pake kapital. Sangat hijau dan menyegarkan. Ngga jauh dari sini, ada sate yang sudah legendaris yaitu Sate Mak Syukur. Mampir lah kita makan dulu di sana.

kamu mau?:9
Dari sana langsung cabs menuju Batusangkar, lokasi Istana Pagaruyung. Perjalanan jauh, ada kali 2 jam. Tapi sepanjang jalan gue terhibur oleh pemandangan indah: sawah, gunung, langit bersih.. Padahal gue biasanya anak pantai loh, selama ini hanya pantai yang bisa bikin gue melongo kagum, ngga cuma bilang "bagus nih". Tapi di Sumbar, gue melihat gunung dengan anggapan lain. Ibaratnya gunung itu ibu yang berdiri dengan sangat anggun, selalu merengkuh, mengawasi, melindungi semua yang ada di sekitarnya.

Heh, tumben bahasa gue jadi begini...

Oke jadi gue sampai di Istana Pagaruyung. Sayang pas gue di sana, saat istana ini sedang ditutup. Akhirnya gue cuma keliling aja di luar. Gede loh, padahal istana ini terlihat kecil di foto-foto yang gue lihat di internet. Oh ya, disini pengunjung bisa menyewa baju adat untuk kemudian befoto berlatar istana. Gue agak nyesel ngga nyewa tuh baju. Mestinya gue pake baju adat, berfoto, terus gue kasi caption "Minang Abbey". You know, Downton Abbey Minang version.. 
how cute they are!:3
Di sini kita cuma sebentar, karena ya memang ngga bisa ngapa-ngapain. Agak kurang informatif juga sih, yang gue tau tentang istana ini bahkan gue tau dari internet. Ngga ada penjelasan apapun disana. Mungkin karena memang lagi tutup kali ya. Tapi yah... Ngga apa lah, istana ini tetap oke untuk dikunjungi.

Cabut dari Batusangkar, gue langsung meluncur ke Payakumbuh mengunjungi Lembah Harau. Yaampun Lembah Harau ini menurut gue salah satu puncak keindahan dan keagungan dunia. Bayangin jalan lurus yang sepi, kanan kiri sawah yang luas, berakhir di tebing-tebing raksasa, dengan air terjun di sini dan di sana. Sepanjang jalan gue dan Atid cuma bisa :O 
:O
another :O
Dan di (yang tampaknya merupakan) ujung Lembah Harau, gue kembali melihat air terjun. Kali ini lebih tinggi dan jatuhnya lebih halus dari air terjun di Anai. 
tinggi, tinggi sekali
Di samping air terjun ada menara observasi, tadinya gue mau kesana tapi ternyata gue harus melewati monyet-monyet liar. Ewh, niat pun diurungkan. Beberapa saat menikmati air terjun, foto-foto, ditodong anak kecil beli tebu, akhirnya gue dan Atid balik, tak lupa berfoto di depan USD1 million scenery..
million dollar baby scenery
Gue sedang mempertimbangkan untuk suatu saat kembali ke Lembah Harau dan menginap beberapa hari disana. Kayanya asik untuk menenangkan diri, semedi kabur dari kehidupan di Jakarta. A perfect getaway! Uhh bayangin aja udah bikin gue bahagia...

Anyway, dari Payakumbuh kita meluncur ke Bukittinggi, kembali dihibur dengan pemandangan laur biasa di kiri kanan jalan.. How can a province be so blessed?

Sampai di Bukittinggi sudah menjelang maghrib, dan langsung check in di hotel. Kita menginap di hotel Limas, dan surprisingly the hotel was quite nice. Dengan harga Rp300 ribu/malam, bisa dapat akomodasi yang nyaman. Recommended!

Malam hari, kita meluncur ke RM Famili untuk makan malam. Konon ayam pop berasal dari resto ini. Dan rasa ayam popnya ENAK banget, kombinasi dari rasa yang emang enak dan gue yang emang kelaparan.
nambah 3x cos that's how I roll
Setelah puas makan malam, kita ke Jam Gadang. Rame yah disana kalau malam minggu, udah kaya pasar malam minus atraksi-atraksi khas pasar malam. Lah dimana mirip pasar malam? Yaudalah yaa namanya juga perumpamaan. Anyway, disana kita muter-muter dan berfoto. Gue disini dipaksa diajak foto sama makhluk berkostum dan diminta bayaran. Ck bisa-bisanya nih bocah. Jadi banyak anak kecil/remaja yang make kostum tokoh kartun, berkelililing ngajak foto bareng. Cuma cara ngajaknya itu loh, gue udah cantik=cantik berpose tetiba dia nongol di sebelah -__-. Tapi selain pasukan berkostum itu, suasana disini cukup nyaman ko untuk jalan-jalan..
di bawah sinar bulan (setengah) purnama
Kita ngga berapa lama ada disini, karena udah cape dan ngantuk. Pulanglah kita ke hotel untuk tidur.. Ngga langsung tidur sih, sempet nonton bola U19 dulu.. Menang pula, kita tidur dengan bahagia deh (ya kalopun mereka kalah kita tetap bahagia sih..).

Hari 2: Bukittinggi - Maninjau - Padang

Hari ini dimulai dengan telat bangun tapi tetap mandi dan sarapan dan santai, check out hotel, dan cabut ke Ngarai Sianok. Sejujurnya gue terpesona dengan fakta adanya struktur alam superkeren yang ada di tengah kota. Kenapa ya pendiri Jakarta dulu ngga mempertimbangkan faktor ini waktu mendirikan kota? Gue bisa banget sejam lebih cuma duduk bego melihat pemandangan ini. Anyway, Ngarai Sianok is majestic. The mountain behind is majestic. Actually everything about this valley is majestic.
majestic mountain
chillin
See? Even the monkey has this "finding ticks like a boss cos I live here and you eventually have to go back to whatever sad city you're from kthxbye!" attitude. They're just sassy.

Inget gue bilang semua yang ada di Ngarai Sianok itu majestic? Nah, ada perkecualian yaitu goa Jepang. It's not majestic, it's eerie and sad. Gue dan Atid masuk kesana ditemani pemandu. Dia menjelaskan sejarah goa ini, ngga perlu gue jelaskan lagi kan ya? Googling aja dan kesini sekalian :D Kebetulan gue kesana saat goa ini lagi direkonstruksi, ada beberapa bagian yang akan dijadikan museum. Mungkin tahun depan kali ya isi goa udah bener-bener jadi. Menurut gue sistem ventilasi goa ini hebat, ngga berasa panas sama sekali. Gimana caranya orang jaman dulu bisa membuat lubang jauh menembus perbukitan is beyond me. Hal yang sangat gue sayangkan adalah coretan-coretan di dinding. Kalo bocah-bocah ini merasa coret-coret sangat keren, coba apa yang mereka rasain kalau rumah yang mereka bangun dengan susah payah dicoret sembarangan. HAH bikin kesel aja.. Untung aja dinding dan atap goa udah dilapis lagi. Di satu sisi memang membuat goa jadi ngga asli sih, tapi di sisi lain bermanfaat juga untuk menjaga dari tangan setan jahil. 

tangga kepelikan
pintu masuk
Dari goa Jepang, kita ke rumah kelahiran bung Hatta, a must visit for Atid the die hard Hatta's fan. Masuk ke rumah ini gratis, banyak informasi tentang kehidupan bung Hatta dulu, suasana di dalam juga tenang, adem, bahkan gue dapat inspirasi untuk rumah gue nanti.. Gue jadi mikir, berapa banyak rumah yang menyaksikan lahir dan tumbuhnya bayi yang nantinya akan menjadi orang besar? Berapa banyak yang rumah bisa saksikan, berapa banyak rahasia yang rumah simpan? Pasti menarik jika rumah bisa bicara.
the humble beginning
salah satu pojok rumah
Puas keliling-keliling disini, gue dan Atid berjalan kaki ke arah Jam Gadang. Deket loh, tinggal lewatin tangga yang namanya janjang 40. Mampir dulu ke Uni Lis untuk makan, lewat pasar melihat-lihat pasar (suasananya bikin inget Gasibu deh, tapi lebih tertib), belanja di Pasar Atas, dan kembali ke Jam Gadang. 
hai uni :3 
met pagi, macan!
Dari sana, kita ke Benteng Fort de Kock. Ehm, disini gue mengalami apa yang gue rasakan dulu waktu datang ke Benteng Somba Opu di Makassar..

Dimana bentengnya?? Gue bener-bener ngga menemukan sisa-sisa benteng disini, selain beberapa meriam. Sayang juga. Tempat ini udah jadi taman dengan kandang burung disana-sini dan ada jembatan yang melintasi jalan raya, mengarah langsung ke kebun binatang. Namanya jembatan Limpapeh. Lumayan lah buat spot foto..

Thus concludes our journey at Bukittinggi. Kita langsung mengarah ke Danau Maninjau. Sebenernya kita ngga ke danaunya beneran sih, cuma memandangi dari ketinggian aja. Ahh kapan-kapan gue harus beneran ke danau ini! Dan lagi-lagi, gue bisa banget sejam cuma duduk bego memandangi pemandangan luar biasa yang ada di hadapan gue..

danau dari kejauhan
Beres foto-foto dan duduk bego, kita kembali ke Padang. Tadinya mau via Pariaman, tapi berhubung pengen mampir ke Pandai Sikek, balik lagi deh ke arah Bukittinggi. Jaraknya jauhhh, cuma sepanjang jalan gue dihibur dengan pemandangan indah. Seriously, how can Sumbar be so majestic?? This should be their tourism tagline: Majestic Minang, hehe.. 
cantiiik
Di Pandai Sikek, gue sempat tergoda banget-banget-banget untuk beli songket. Gue nemu satu yang bagussss dan harganya juga sesuai kantong. Tapi guna menghindari pengeluaran tiba-tiba, gue menahan kantong diri. Disini ada toko barang antik, sayang gue lupa namanya. Toko ini jual macem-macem, mulai dari perhiasan, uang kuno, topeng, pernak-pernik jadul, sampai suntiang. I'll definitely come again to this store!

Satu hal lagi yang berkesan dari Pandai Sikek adalah pemandangan. Kita disana saat sore hari menjelang maghrib, jadi ada kabut di pegunungan, udara dingin. Ditambah hamparan sawah dan luasnya langit, bikin anak katro kaya gue dan Atid ngibrit ke sawah foto-foto dan menikmati dunia..
anak kota baru main ke kampung
Akhirnya kita kembali ke Padang, menembus kemacaten di jalan raya Bukittinggi - Padang (ada kecelakaan ckck). Jam 17.30 dari Pandai Sikek, baru sampai di rumah saudara Atid di Padang jam 21.00. Badan udah berasa berlipet-lipet pengen tidur aja. Tapi karena lapar, akhirnya kita keluar dulu sebentar untuk makan di tempat makan yang khas banget: RM Sederhana.. Yea agak antiklimaks yah, gpp yang penting KHAS!

Hari 3: Padang 

Eh, not much to tell here.. Menurut gue Padang agak kurang menarik dibandingkan dengan kota lain yang jauh lebih indah di Sumbar.  Salah satu yang menarik yaitu pantai Air Manis, lokasi legenda Malin Kundang
MALIIIIN!!! my face is so unflattering tbh
Beberapa hal yang mengganggu gue di pantai ini: 1) fotografer di deket batu malin kundang ini maksa bener, bikin emosi 2) bebatuan yang berbentuk persis seperti tali, roda, puing kapal. Heh yang bener aja ini kapal beneran.. Gue rasa siapapun yang bikin bebatuan ini bertindak terlalu jauh, dengan menyediakan bukti seakan-akan beneran ada kapal yang berubah jadi batu. Keep it low man, batu Malin Kundang aja udah cukup, ngga usah ditambah-tambah lagi.

Yang menarik lain adalah kawasan kota tua dengan bangunan-bangunan tua dan jembatan Siti Nurbaya. Jembatan ini sebenernya menarik loh, bisa jadi tempat sightseeing yang oke asal 1) bersih, dalam arti orang-orang ngga nyampah di sini 2) pemandangan yang dilihat juga oke. Pemandangan sih oke, cuma ya gitu deh, rumah-rumah tua kurang terawat, sungai yang kotor. Sayang sebenarnya. Mungkin pendapat gue akan berbeda kali ya kalau gue kesini di malam hari...
judul: aku dan temanku dalam silaunya mentari (edisi revisi) 
Bicara tentang kota tua, di deket sana ada 2 toko es duren: Ganti nan Lamo dan Iko Gantinyo. Gue ngga ngeri perseteruan macam apa yang terjadi sehingga nama 2 toko ini mirip-mirip, tapi setelah mencicipi keduanya (yea I'm curious like that), gue pilih Ganti nan Lamo. Selamat Nti, anda mendapat SUN Valas dari saya :*
uhh yeahh come to me baby
Selain ke tempat dimaksud di atas (berasa nulis memo deh), gue dan Atid ke museum (sayang lagi tutup), ke Shirley beli oleh-oleh layaknya turis mainstream, ke UBH untuk berfoto dengan patung bung Hatta, dan ke mall layaknya anak mainstream. Coba deh, saking bingungnya kita mau kemana, ujung-ujungnya ke mall.. Keliling kota cukup sampai jam 3 sore saja, sisanya siap-siap untuk kembali ke Jakarta.

Jadi gimana Sumatra Barat? Seperti yang berkali-kali gue bilang: MAJESTIC. Ngga cuma obyek wisatanya aja, tapi pemandangan selama di perjalanan juga. This trip has left deep impression for me, and I'm sure for Atid too. We will return for sure!

OOT: sopir selama di Padang juga telah meninggalkan kesan yang dalam dengan pilihan lagunya di mobil. Gue dan Atid jadi nagih sama album Ratu Sikumbang - Pop Remix Terpopuler, plus gerakan handflip para penari latarnya. Hidup Ratu!!

Sampai jumpa di jalan-jalan berikutnya!